Selasa 09 Feb 2021 08:43 WIB

Harga Minyak Berada di Level Teratas dalam Setahun

Pemotongan pasokan dan harapan stimulus AS mendorong kenaikan harga minyak.

Harga minyak melonjak sekitar dua persen pada akhir perdagangan Senin (8/2). menjadi bertengger di level tertinggi dalam lebih dari setahun. Brent melampaui 60 dolar AS per barel, didorong oleh pemotongan pasokan di antara produsen-produsen utama dan harapan stimulus ekonomi AS lebih lanjut.
Foto: Antara/FB Anggoro
Harga minyak melonjak sekitar dua persen pada akhir perdagangan Senin (8/2). menjadi bertengger di level tertinggi dalam lebih dari setahun. Brent melampaui 60 dolar AS per barel, didorong oleh pemotongan pasokan di antara produsen-produsen utama dan harapan stimulus ekonomi AS lebih lanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak melonjak sekitar dua persen pada akhir perdagangan Senin (8/2). menjadi bertengger di level tertinggi dalam lebih dari setahun. Brent melampaui 60 dolar AS per barel, didorong oleh pemotongan pasokan di antara produsen-produsen utama dan harapan stimulus ekonomi AS lebih lanjut.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April terangkat 1,22 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi ditutup pada 60,56 dolar AS per barel. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 1,12 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap di 57,97 dolar AS per barel. Kedua harga acuan minyak tersebut berada di level tertinggi sejak Januari 2020.

Baca Juga

“Berhasil menembus 60 dolar AS lagi terasa seperti pasar akhirnya muncul kembali setelah perjuangan panjang dan (mengambil) nafas yang tepat,” kata Wakil Presiden Pasar Minyak Rystad Energy, Paola Rodriguez Masiu.

Harga minyak Brent dan WTI telah melambung lebih dari 60 persen sejak awal November karena optimisme seputar distribusi vaksin virus corona serta pengurangan produksi dari anggota OPEC Plus. “Tampaknya ada perubahan paradigma di pasar. Ada perasaan bahwa kelebihan pasokan minyak menghilang lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun,” kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago.

Arab Saudi menjanjikan pemotongan pasokan tambahan pada Februari dan Maret menyusul pengurangan oleh anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. 

Sebagai tanda bahwa pasokan cepat mengetat, spread atau selesih Brent enam bulan mencapai tertinggi 2,54 dolar AS pada Senin. Ini merupakan yang terlebar sejak Januari tahun lalu, sebuah sinyal permintaan untuk pasokan saat ini.

Ekonom OCBC Howie Lee mengatakan eksportir utama dunia Arab Saudi mengirimkan sinyal yang sangat bullish minggu lalu ketika mempertahankan harga minyak mentah bulanan ke Asia tidak berubah meskipun ada ekspektasi untuk pemotongan kecil.

“Saya tidak berpikir ada orang yang berani melakukan short market ketika Saudi seperti ini,” tambahnya.

Investor mengawasi paket bantuan Covid-19 senilai 1,9 triliun dolar AS untuk Amerika Serikat yang diharapkan akan disahkan segera bulan ini. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Ahad (7/2) bahwa Amerika Serikat dapat kembali ke pekerjaan penuh pada tahun 2022 jika Kongres memberlakukan paket bantuan Covid-19 sebesar 1,9 triliun dolar AS dari Presiden Joe Biden.

Harapan bahwa ekspor minyak Iran akan segera kembali ke pasar juga telah berkurang, memberikan dukungan tambahan terhadap harga minyak. Presiden AS Joe Biden mengatakan Amerika Serikat tidak akan mencabut sanksi terhadap Iran hanya untuk mengembalikannya ke meja perundingan, sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan semua sanksi harus dicabut terlebih dahulu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement