Rabu 10 Feb 2021 05:43 WIB

Kenapa Banyak Mualaf Menangis Saat Mengucap Syahadat?

Islam justru mengangkat orang yang menangis ke status yang tinggi.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Kenapa Banyak Mualaf Menangis Saat Mengucap Syahadat? Keharuaan saat seorang jamaah mengucapkan kalimat Syahadat menyatakan diri masuk Islam pada acara Dr Zakir Naik Indonesia Visit 2017.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kenapa Banyak Mualaf Menangis Saat Mengucap Syahadat? Keharuaan saat seorang jamaah mengucapkan kalimat Syahadat menyatakan diri masuk Islam pada acara Dr Zakir Naik Indonesia Visit 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak mualaf yang menggambarkan momen pengucapan dua kalimat syahadat sebagai momen paling mengharukan hingga meneteskan air mata. "Dan saya sangat diliputi dengan cinta kepada-Nya (Tuhan) dan penghargaan atas semua keindahan yang Dia ciptakan sehingga saya menangis," ujar seorang mualaf yang dikutip di About Islam.

"Ini adalah momen yang sangat emosional, menyadari akhirnya Anda dapat menyebut diri Anda sebagai seorang Muslim dan menyerahkan diri kepada Tuhan," ujar yang lain.

Baca Juga

Pada 2017, Pew Research Center memperkirakan 77 persen orang Amerika yang memeluk Islam sebelumnya beragama Kristen. Banyak dari mereka menangis selama atau setelah mengucapkan syahadat.

"Tuhan menggambarkan reaksi orang-orang yang masuk Islam setelah menyebut mereka orang-orang terdekat yang saling mencintai. Karena latar belakang mereka, dan pemahaman mereka tentang Tuhan, ketika mereka mendengar firman Tuhan yang benar, mereka dapat mengenali kebenaran. Mata mereka berlinang air mata karena secara harfiah tidak ada kata-kata untuk menggambarkan bagaimana rasanya menyerap kebenaran universal," tulis Aisha Stacey, editor Crescent Times, surat kabar Islam nasional Australia.

"Di saat budaya Barat menganggap menangis sebagai tanda kelemahan, Islam justru mengangkat orang yang menangis ke status yang tinggi, terlebih jika tangisan itu disebabkan besarnya rasa cinta dan takut kepada Allah SWT," ujar Stacey.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement