Kamis 11 Feb 2021 14:05 WIB

Biden dan Xi Bahas Indo-Pasifik Hingga Pelanggaran HAM

Joe Biden dan Xi Jinping melakukan panggilan telepon perdana

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Presiden Joe Biden
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk pertama kalinya melakukan panggilan telepon dengan Presiden China Xi Jinping pada Rabu (10/2). Biden mengatakan kepada Xi bahwa AS memiliki prioritas untuk memelihara kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. 

Gedung Putih menyatakan, dalam panggilan telepon itu Biden juga menggarisbawahi kekhawatiran mendasar tentang tindakan keras China di Hong Kong, pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, dan tindakan yang semakin tegas terhadap Taiwan. Biden dan Xi juga bertukar pandangan tentang melawan pandemi Covid-19.

Baca Juga

Mereka juga membahas tentang tantangan bersama dalam perubahan iklim dan mencegah proliferasi senjata yang merujuk pada keinginan AS bekerja sama dengan Beijing untuk membujuk Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya. Biden mengatakan, pemerintah AS telah menyatakan harapan untuk bekerja sama dengan Cina dalam kebijakan prioritas seperti perubahan iklim.

“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan bekerja dengan China jika itu menguntungkan rakyat Amerika,” kata Biden dalam cicitannya di Twitter setelah melakukan panggilan telepon dengan Xi. 

Biden mengatakan dia telah melakukan pertemuan pribadi 24-25 jam dengan Xi saat menjadi wakil presiden, dan melakukan perjalanan bersama sejauh 17.000 mil. Biden menggambarkan Xi sebagai orang yang "sangat cerdas" dan "sangat tangguh.

Menjelang panggilan telepon, seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan kepada wartawan bahwa Biden akan bersikap praktis, jelas, dan keras kepala dalam berurusan dengan Xi. Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan, panggilan telepon tersebut dilakukan setelah berkonsultasi dengan sekutu dan mitra yang membuat AS yakin berada dalam posisi kuat untuk mengutarakan keprihatinan tentang "aktivitas dan pelanggaran agresif" China.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement