REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud, memberi pandangannya tentang ketokohan cendekiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat, yang wafat pada Senin 15 Februari 2021. Almarhum meninggal dunia di usia 71 tahun seusai mendapat perawatan di RS Santosa Bandung.
"Jalaluddin Rakhmat adalah tokoh pada zamannya. Dekat dengan Gus Dur tidak sekadar kedekatan emosional namun menjadi lawan sekaligus partner mendobrak kebekuan khazanah pemikiran Islam dan membudayakannya," tutur dia kepada Republika.co.id, Selasa (16/2).
Menurut Kiai Marsudi, keduanya baik Jalaludin dan Gus Dur memang terkadang seperti berlawanan tetapi keduanya sebetulnya mengajarkan bahwa "ikhtilaafu ummatii rohmatun". Artinya, perbedaan pendapat ialah rahmat.
"Bukan kiamat karena jika tidak ada perbedaan pendapat maka akan memberatkan masyarakat. Perbedaan pendapat adalah untuk 'choice', bukan untuk 'fight each other'. Itu yang diajarkan beliau berdua," katanya.
Sebab, Kiai Marsudi melanjutkan, pada prinsipnya tugas ulama adalah membangun bukan merobohkan, menyatukan bukan memecah-belah, dan mencari titik temu. "Yang beda jangan disama-samakan. Yang sama, jangan dibeda-bedakan. Itulah tokoh cara mendidik bangsanya," ucapnya.
Kang Jalal, sapaan akrabnya, adalah dosen Universitas Padjadjaran (Unpad). Selain itu juga mengajar di Universitas Islam Bandung (Unisba). Dia masuk politik dengan bergabung PDIP dan menjadi anggota DPR-RI periode 2014-2019.
Almarhum juga pernah menjadi pengurus Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Bandung, dan menjadi guru di SMP Muhammadiyah III Padasuka Bandung.