REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund (SWF) menjadi angin segar bagi sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) khususnya di sektor konstruksi. Pasalnya, lembaga bernama Indonesia Investment Authority (INA) ini akan terlebih dulu menyasar proyek-proyek pembangunan atau infrastruktur.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) pun mencoba menangkap peluang tersebut. Sejak akhir tahun lalu, manajemen perusahaan bahkan telah melakukan diskusi intensif secara informal dengan INA terkait rencana kerja sama yang berpotensi disinergikan oleh kedua belah pihak.
WSKT berencana melepas saham (divestasi) jalan tol milik anak usahanya, PT Waskita Toll Road, kepada INA dalam waktu dekat. Saat ini WSKT mempunyai kepemilikan pada 17 ruas di Pulau Jawa dan Sumatera, 12 di antaranya telah beroperasi baik secara penuh maupun parsial.
"Dengan telah dilantiknya pengurus dari INA, Waskita berharap proses tersebut dapat segera berlanjut ke tahap berikutnya," kata Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya Tbk, Ratna Ningrum, kepada Republika.co.id, Rabu (17/2).
Ratna berharap transaksi divestasi beberapa ruas tol WSKT kepada INA ini dapat terlaksana paling lambat pada semester kedua tahun ini. Menurutnya, divestasi saham jalan tol ini akan dilakukan melalui skema jual beli tunai.
WSKT menargetkan nilai seluruh divestasi ruas tol tahun 2021 ini akan mencapai sebesar Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun. Adapun pengurangan utang melalui dekonsolidasi jalan tol setidaknya mencapai sebesar Rp 15 triliun.
Menurut Ratna, dana hasil divestasi tersebut akan digunakan untuk pelunasan kewajiban kepada kreditur. Selain itu, dana divestasi juga akan digunakan untuk modal kerja menyelesaikan proyek tol yang tengah dikerjakan serta sebagai modal untuk melakukan investasi pada proyek infrastruktur lain.
PTPP Tbk (PTPP) turut menyambut baik formasi lengkap Dewan Direksi INA. Terbentuknya pengurus INA dinilai akan semakin cepat membantu pelaksanaan proyek-proyek investasi khususnya di bidang infrastruktur.
Sekretaris Perusahaan PTPP, Yuyus Juarsa, menyampaikan rencana kerja sama yang akan dilakukan dengan INA berupa recycling asset dan investasi langsung pada proyek-proyek investasi perseroan.
"Untuk hasil dari recycling asset tahun ini akan dipergunakan sebagai dana capex (belanja modal) pada proyek investasi yang sudah berjalan dan yang baru akan berjalan," ujar Yuyus.
Menurut Yuyus, perseroan juga telah menyiapkan proyek yang berpotensi untuk ditawarkan ke INA, salah satunya yaitu ruas tol Semarang-Demak. Tol yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PTPP tersebut rencananya akan ditawarkan pada INA tahun 2022 mendatang.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) berharap kehadiran INA akan mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Pemerintah bagi keseluruhan sektor pada umumnya dan BUMN Karya khususnya dalam pembiayaan infrastruktur. Melihat pasar dan anggaran yang cukup besar di 2021, lini bisnis infrastruktur masih menjadi penopang bisnis ADHI.
Sementara itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menilai kehadiran INA membuka peluang bagi perseroan untuk bisa mendapatkan proyek lebih banyak dengan skala yang lebih besar. Untuk itu perseroan menyambut baik terbentuknya INA.
Menurut Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya, perseroan saat ini sedang meninjau lebih jauh proyek apa saja yang bisa dikerjasamakan dengan INA. "Untuk detil proyek maupun divestasi kami masih mengkaji lebih lanjut," kata Mahendra.