REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program vaksinasi Covid-19 sudah bergulir sejak Januari 2021. Sebagai tahap awal, vaksin disuntikkan kepada tenaga kesehatan. Per Februari ini, vaksinasi juga mulai menyasar lansia dan pekerja publik, termasuk pedagang pasar.
Kendati target sasarannya semakin luas, namun masih ada pertanyaan yang muncul di tengah masyarakat mengenai vaksinasi itu sendiri. Termasuk tentang apa saja reaksi yang mungkin muncul setelah divaksin? Apakah ada efek samping?
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari, menjelaskan bahwa bentuk reaksi tubuh atau gejala yang muncul pasca-divaksin dikelompokkan menjadi tiga, yakni reaksi lokal, reaksi sistemik (umum), dan reaksi berat.
"Reaksi lokal, tentunya terjadi di titik suntikan," ujar Hindra dalam dialog bersama Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi Reisa Broto Asmoro, Jumat (19/2).
Reaksi lokal yang dirasakan di sekitar titik suntikan ini, ujar Hindra, seperti bengkak dan kemerahan pada bekas suntikan, gatal, pegal di sekitar suntikan, atau nyeri. Kemudian reaksi sistemik atau umum, terjadi secara menyeluruh di bagian tubuh lain atau seluruh tubuh, seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh, nyeri sendi, badan lemah, atau pusing.
Reaksi umum lainnya, ujar Hindra, termasuk rasa mengantuk dan nafsu makan yang berkurang. Terakhir, reaksi berat adalah reaksi alergi yang wujudnya bisa bervariasi pada setiap individu.
"Namun Alhamdulillah semuanya bisa ditangani. Ada yang tanpa pengobatan, dengan pengobatan, ada yang ringan. Tapi tidak ada yang sampai memerlukan tindakan serius. Ini kami pantau laporan masuk dari hari ke hari, kami kaji setiap hari," ujar Hindra.
Ia menambahkan, pada prinsipnya vaksin Covid-19 yang disuntikkan kepada masyarakat telah mendapat izin penggunaan dari BPOM. Izin ini pun diterbitkan setelah melalui berbagai lapis kajian keilmuwan. Karenanya, Hindra mengajak masyarakat agar bersedia divaksin demi kekebalan kelompok segera tercapai dan pandemi Covid-19 segera berlalu.