REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pesut Mahakam dan Scientific Program Advisor di Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Danielle Kreb mengatakan populasi Pesut Mahakam mengalami penurunan di habitatnya di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Lumba-lumba air tawar yang dilindungi itu pun terancam punah.
"Pada 2018-2019 penelitian satu tahun menghasilkan 81 ekor yang tersisa di Sungai Mahakam. Itu artinya ada penurunan populasi dari 2005 yang pada saat itu diperkirakan 88 ekor," kata Danielle dalam seminar virtual (webinar) "Penduduk dan Lingkungan: Antara Subsistensi dan Keberlanjutan" yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Yayasan Konservasi RASI, Jakarta, Senin (22/2).
Danielle menuturkan penyebaran Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) memang lebih banyak di daerah Mahakam Tengah antara Muara Kaman sampai Muara Pahu. Termasuk, tiga danau besar, yakni Semayang, Melintang dan Jempang, dan beberapa anak sungai.
Perempuan peneliti asal Belanda itu menuturkan ada beberapa zona inti di mana hewan mamalia itu tersebar di antaranya Muara Kaman, Kedang Kepala, dan Belayan. Namun, zona inti penyebaran Pesut Mahakam yang teridentifikasi pada 1997-2010 sudah kehilangan fungsi.
Sekarang hanya pada saat musim kemarau, pesut berada di wilayah tersebut karena melakukan migrasi tahunan. Ada beberapa faktor menyebabkan Pesut Mahakam sekarang lebih banyak di Kabupaten Kutai Kartanegara, di antaranya karena banyak konservasi lahan untuk perkebunan sawit sehingga itu berdampak negatif kepada sumber daya perikanan di wilayah tersebut.
Sementara itu, dalam dua tahun terakhir rata-rata 5-6 bayi lahir dalam populasi baru. Pada Juli 2017-Juni 2018, ada enam bayi lahir, sedangkan pada Juni 2018-Mei 2019, ada lima bayi lahir.