Selasa 23 Feb 2021 19:20 WIB

Dorojotun Kuntjoro Jakti : Untung Pangan Kita Tidak Bersoal

Sektor pertanian sejauh ini jadi sektor alternatif dalam memenuhi kebutuhan pokok

Dewan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti meminta semua elemen bangsa untuk menjaga dan merawat ketersediaan pangan nasional yang sejauh ini masih dalam kondisi baik. Menurutnya, kebutuhan pangan mutlak dipenuhi secara berkelanjutan karena makanan adalah sumber utama dari berbagai kehidupan.
Foto: istimewa
Dewan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti meminta semua elemen bangsa untuk menjaga dan merawat ketersediaan pangan nasional yang sejauh ini masih dalam kondisi baik. Menurutnya, kebutuhan pangan mutlak dipenuhi secara berkelanjutan karena makanan adalah sumber utama dari berbagai kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dewan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti meminta semua elemen bangsa untuk menjaga dan merawat ketersediaan pangan nasional yang sejauh ini masih dalam kondisi baik. Menurutnya, kebutuhan pangan mutlak dipenuhi secara berkelanjutan karena makanan adalah sumber utama dari berbagai kehidupan.

"Beruntung di tengah pandemi seperti saat ini food tidak jadi soal. kalau jadi soal mati sudah kita," ujar Dorodjatun dalam sesi diskusi berjudul Menakar Kekuatan Sektor Pertanian Sebagai Penopang Ekonomi Nasional yang diselenggarakan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) melalui virtual zoom, Selasa, 23 Februari 2021.

Dorodjatun mengatakan, sektor pertanian sejauh ini jadi sektor alternatif dalam memenuhi kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia yang terkena dampak langsung akibat situasi dan kondisi pandemi Covid 19 berkepanjangan.

"Sangat terlihat jelas bahwa sektor pangan di tengah pandemi jalan terus. di Indonesia saja kalau terjadi krisis ekonomi masyarakat pasti pulang kampung dan bertanam. Jadi saya kira di dunia ini perekonomiannya negatif semua. Namun untuk pertanian masih positif. Sebab kalau kita bicara perut, kita tidak bisa makan janji, makan visi, makan misi, makan strategi dan makan yang lain-lain. Yang kita makan hanya pangan," katanya.

Terkait hal ini, Anggota Komisi IV DPR RI, Endang S Tohari menyayangkan kebijakan pemerintah yang memangkas anggaran lingkup Kementerian Pertanian (Kementan) hingga mencapai 6 trilun. Menurut Endang, kebijakan tersebut membuktikan bahwa political will negara tidak menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritas.

"Ini menunjukan political will kita terhadap pertanian tidak menjadi prioritas. Ke depan, political will yang berpihak pada sektor pertanian akan kita perjuangkan. Sebab bangsa yang kuat adalah bangsa yang berdaulat terhadap pangan. Pangan adalah soal mati hidupnya sebuah bngsa," katanya.

Sebelumnya, Peneliti Senior pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Riyanto, menemukan adanya kekuatan besar sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui berbagai Industri manufaktur.

Temuan tersebut, kata Riyanto, merujuk pada data, simana setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak besar terhadap tumbuh kembangnya 1,36 persen pertumbuhan Industri.

"Ini hasil temuan penelitian kita, dimana setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian, ada 1,36 persen industri yang tumbuh secara masif. Jadi saya kira hubungan antara pertanian dan perekonomian lebih kuat dibanding hubunganya dengan sektor industri," katanya.

Riyanto mengatakan, pertanian dan agroindustri memiliki potensi besar untuk menjadi mesin penggerak dalam mendorong transformasi struktural yang selama ini belum tuntas. Keduanya diperkirakan akan menjadi motor penggerak dalam perbaikan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sektor pertanian itu selalu jadi bahan baku industri. Makanya hulu ke hilir memiliki dampak positif. Jadi menurut saya subsektor manufaktur yang musti didorong adalah sektor pertanian. Kenapa? karena bahan bakunya pasti menggunakan bahan pertanian, bahkan mencapai 24 persen," tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement