Jumat 26 Feb 2021 19:00 WIB

WHO: Negara Termiskin akan Segera Terima Vaksin

Program COVAX telah mencapai kesepakatan untuk mengamankan 2 miliar dosis

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sejumlah negara termiskin di dunia dapat mengharapkan akan menerima dosis vaksin Covid-19 antara Januari dan pertengahan Februari. Saat ini vaksinasi sudah dilakukan di beberapa negara terkaya di dunia, termasuk Amerika Serikat, Inggris, negara-negara Uni Eropa, dan Kanada.

Direktur Imunisasi WHO, Kate O’Brien mengatakan program COVAX telah mencapai kesepakatan untuk mengamankan 2 miliar dosis dan akan mulai diluncurkan dalam beberapa pekan. COVAX bertujuan mendapatkan vaksin untuk 20 persen dari populasi di setiap negara yang berpartisipasi pada akhir tahun. Negara tersebut merupakan 92 negara yang ekonominya berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

Ini dipimpin bersama oleh WHO, aliansi vaksin duni (GAVI), dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI). “Kami akan mulai mengirimkan vaksin mungkin pada akhir Januari dan jika tidak, pasti pada awal Februari dan pertengahan Februari. Begitulah cara negara-negara di Afrika dan Asia Selatan, dan negara-negara lain di dunia dari 92 negara yang kurang mampu membeli vaksin,” kata O’brien, dilansir Channel News Asia, beberapa waktu lalu.

Pipa vaksin

WHO memberikan validasi darurat untuk vaksin Pfizer-BioNTech pada 31 Desember. Ini membuka jalan bagi negara-negara di seluruh dunia untuk segera memberikan persetujuan atas impor dan distribusinya. Menurut gambaran umum WHO tentang kandidat vaksin, 63 telah diuji pada manusia, 21 di antaranya mencapai pengujian massal tahap akhir.

Sebanyak 172 kandidat vaksin sedang dikembangkan di laboratorium dengan tujuan untuk uji coba pada manusia. “Ada pipa vaksin yang sangat besar yang datang. Kami sedang meninjau secara aktif data tentang vaksin lain dan kami berharap untuk menggunakan daftar penggunaan darurat vaksin tambahan dalam beberapa pekan dan bulan mendatang,” ujar O’brien.

Ada 15 ribu pabrikan yang telah mengontak WHO dengan keyakinan mereka memiliki data yang diperlukan untuk memenuhi standar tinggi. Mengenai mutasi baru dari virus yang terdeteksi di Inggris dan Afrika Selatan, para ahli WHO menyebut meskipun tampaknya lebih mudah menular, tidak ada indikasi bahwa vaksin saat ini tidak akan bekerja melawan varian tersebut. Terpenting, vaksin mudah beradaptasi dalam hal apa pun.

"Evaluasi tentang apakah vaksin yang ada akan terkena dampak, kami sedang dilakukan. Namun, jenis perubahn yang terlihat pada varian baru sepertinya tidak akan mengubah dampaknya," ucap dia.

O'Brien mengatakan masih terlalu dini untuk memutuskan berapa lama perlindungan akan bertahan setelah vaksinasi. WHO belum memiliki data untuk membuat rekomendasi apa pun tentang menerima dosis vaksin yang berbeda setelah meninjau sepenuhnya hanya suntikan Pfizer-BioNTech.

Calon penerima harus menyadari, tidak jarang merasa tidak enak badan atau lengan sakit setelah menerima suntikan. Sampai sepertiga orang akan mengalami sakit kepala atau tidak enak badan selama 24 jam, terkadang sampai 48 jam.

“Ini adalah respons kekebalan tubuh Anda yang benar-benar menyala. Anda mungkin tidak merasa dalam kondisi terbaik selama beberapa hari pertama, tetapi ada alasannya, sesuatu yang baik terjadi di tubuh Anda,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement