Jumat 05 Mar 2021 10:29 WIB

AS Dorong China Berperan Akhiri Kudeta Militer Myanmar

Aksi protes menentang kudeta Myanmar terus memakan korban sipil.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pengunjuk rasa anti-kudeta berjalan di jalan dengan gambar Panglima Tertinggi, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, di Yangon, Myanmar, Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan Kamis, tanpa gentar oleh pembunuhan sejumlah orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mendorong China mengambil peran konstruktif untuk mengakhiri kudeta militer di Myanmar. Hal itu disampaikan saat aksi protes menentang kudeta terus memakan korban sipil.

"Pesan kami sangat jelas: China perlu menjadi aktor yang konstruktif dan bertanggung jawab dalam hal kudeta militer di Burma (Myanmar)," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam jumpa pers pada Kamis (4/3).

Baca Juga

Dia mengatakan AS ingin melihat aktor dan pihak yang bertanggung jawab di seluruh dunia, termasuk China, mempertahankan kecaman atas kudeta di Myanmar. Washington pun berharap mereka mengambil kebijakan yang menuntut pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait.

"Dunia, setiap anggota masyarakat internasional yang bertanggung jawab dan konstruktif, perlu menggunakan suaranya, perlu bekerja untuk mengakhiri kudeta ini dan memulihkan pemerintah Burma yang terpilih secara demokratis," kata Price.

China merupakan sekutu dekat Myanmar. Sejauh ini Beijing belum merilis pernyataan yang menyatakan mengecam atau menentang keras kekerasan aparat keamanan Myanmar terhadap kelompok demonstran.

Baca juga : Tentara Myanmar Gunakan TikTok untuk Ancam Pengunjuk Rasa

Aksi protes dan menentang kudeta militer masih berlangsung di sejumlah kota di Myanmar. Aksi represif dan brutal aparat keamanan dalam menangani massa pengunjuk rasa telah menyebabkan lebih dari 50 orang tewas.

 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement