REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD - Paus Fransiskus tiba di bekas wilayah kekuasaan ISIS di Mosul, Irak, Sabtu (6/3) waktu setempat. Paus terbang menggunakan helikopter dari dekat Erbil.
Di Mosul, Paus akan mengadakan misa di kota utara yang hancur karena kekerasan ISIS. Seperti diketahui, Mosul kini hanya ditinggali oleh segelintir keluarga Kristen.
Ribuan orang Kristen melarikan diri selama okupasi ISIS kala itu pada 2014, ketika mereka menghadapi pemblokiran, pembayaran pajak yang mencekik bahkan kematian. Paus Fransiskus kemudian mengambil berpidato dari alun-alun kota yang dikelilingi oleh reruntuhan beberapa gereja yang rusak. Banyak gereja yang hancur ketika ISIS menyerbu daerah itu pada 2014.
Pria berusia 84 tahun itu berjalan melewati reruntuhan kota ke alun-alun yang dulu berkembang pesat di kota tua Mosul. Di sana, dia berdoa untuk semua orang yang tewas dalam kekerasan itu.
"Betapa kejamnya negara ini, tempat lahir peradaban, harus dilanda pukulan yang begitu biadab, dengan tempat-tempat ibadah kuno dihancurkan dan ribuan orang, Muslim, Kristen, Yazidi dan lainnya secara paksa mengungsi atau dibunuh," ujar Paus seperti dikutip laman Sky News, Ahad (7/3).
"Hari ini, bagaimanapun, kami menegaskan kembali keyakinan kami bahwa persaudaraan lebih tahan lama daripada pembunuhan saudara, bahwa harapan lebih kuat daripada kebencian, bahwa perdamaian lebih kuat daripada perang," ujarnya menambahkan.
Paus Fransiskus menambahkan, bahwa harapan tidak bisa dibungkam oleh darah yang tumpah oleh mereka yang menyesatkan nama Tuhan untuk mengejar jalan kehancuran. Pada 2014, di masjid Mosul al-Nuri, Abu Bakr al Baghdadi memberikan khotbah di depan umum yang sangat jarang, di mana dia mengumumkan kekhalifahan ISIS.
Mosul dibebaskan pada Juli 2017 setelah rezim teror brutal selama tiga tahun di kota itu menewaskan sekitar 9.000-11.000 orang. Vatikan berharap kehadiran Paus Fransiskus di Mosul akan mendorong komunitas Kristen untuk tetap tinggal di daerah tersebut, meski bertahun-tahun mengalami kekerasan dan penganiayaan.
Paus mengunjungi salah satu pemimpin Muslim paling berpengaruh di dunia, Ayatollah Ali al Sistani pada Sabtu. Keduanya membahas masalah yang dihadapi komunitas Kristen di negara itu.
Setelah pertemuan tersebut, Al Sistani mengatakan dia ingin Muslim dan Kristen hidup berdampingan di Irak. Dia juga meminta para pemimpin agama lainnya untuk memegang kekuatan besar untuk bertanggung jawab dan untuk kebijaksanaan dan akal sehat untuk menang atas perang.
Nanti di hari itu, Paus Fransiskus akan melakukan perjalanan ke desa Kristen Qaraqosh, di mana dia akan mengunjungi Gereja Dikandung Tanpa Noda, sebelum kembali ke Erbil untuk mengadakan misa di stadion Franso Hariri.