REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merasa tidak pernah melakukan pengondisian terkait naiknya tingkat elektabilitas dia dalam bursa capres 2014. Hal itu diungkapkannya menyusul hasil survei IndEX Research yang menyebut tingkat elektabilitasnya saat ini melesat ke posisi dua (14,1 persen) tepat di bawah Prabowo (20,4 persen)
"Saya tidak mengkondisikan macem-macem. Kerja fokus membereskan semuanya. Buzzer ge teu aya (tidak ada, red). Kalau ada kenaikan eletabilitas saya syukuri," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan di Mapolda Jabar, Senin (15/3).
Emil mengatakan kenaikan elektabilitas bukan hal statis. Belum tentu hasilnya sama di masa mendatang. Karena itu, ia mengeklaim, hanya ingin fokus pada kerjaanya saat ini dahulu. "Urusan 2024 tak matematis sekarang tinggi tidak selalu begitu. Saya hanya ingin Covid 19 ini beres," paparnya.
Baca: Hasil Survei, Elektabilitas Ridwan Kamil Meroket
Peneliti IndEX Research Hendri Kurniawan menilai fenomena survei pada Ridwan Kamil cukup menarik. Pada hasil survei bulan Mei dan November 2020 lalu, elektabilitas Emil hanya berkisar di angka 7-8 persen. Kenaikan itu menurutnya dipengaruhi beberapa kebijakannya sebagai gubernur Jabar.
"Pak Ridwan Kamil ini relatif stabil, tapi memang ada kenaikan dia dibandingkan dari survei kami pada November 2020 lalu. Kenaikannya lumayan signifikan. Ini dipengaruhi kebijakan di daerahnya, itu asumsi kami karena itu tidak masuk dalam instrumen pertanyaan kami," ujar Hendri saat dikonfirmasi lewat sambungan telepon seluler, Senin (15/3).
Selain itu, menurut Hendri, kenaikan elektabilitas Ridwan Kamil turut dipicu aktivitas politiknya yang relatif tak berdinamika. "Kalau Kang Emil gak ada satu hal yang bersifat menyerang dan mendelegitimasi dia," katanya.
Hendri menjelaskan, tingkat elektabilitas dan popularitas kandidat capres 2024 dari kalangan kepala daerah punya fenomena yang hampir serupa. Karena itu, penting bagi kepala daerah untuk tetap menjaga popularitas dan elektabilitasnya dengan prestasi dan kinerja. "Kalau kepala daerah yang elektabilitasnya relatif stabil ini karena program yang sudah dilakukan," katanya.
Tapi, kata dia, ini masih lama waktunya. Jadi, yang dibutuhkan adalah menjaga agar mereka punya ruang pemberitaan positif. Karena kalau negatif, popularitas tidak ekuivalen dengan elektabilitas. "Ada kan yang dikenal tapi tidak disukai dan dipilih. Termasuk menjaga prestasi," katanya.