Rabu 24 Mar 2021 01:00 WIB

Harga Cabai Rawit di Solo Bertahan Tinggi

Harga cabai rawit merah di Solo saat ini Rp 100.000-103.000 per kg

Pedagang melayani pembeli cabai rawit merah di pasar. Ilustrasi
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Pedagang melayani pembeli cabai rawit merah di pasar. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Harga cabai rawit merah di Kota Solo masih bertahan tinggi. Harga tinggi disebut menyusul penurunan volume panen di sejumlah daerah akibat cuaca buruk.

"Harga cabai rawit merah saat ini Rp 100.000-103.000 per kilogram, kemarin masih segitu, stabil tinggi," kata salah satu pedagang Darsi di Pasar Legi Solo, Selasa (23/3).

Meski demikian, sebelumnya tepatnya satu minggu yang lalu harga cabai rawit merah mencapai Rp 115.000/kg. Sedangkan untuk cabai merah teropong juga mengalami kenaikan dari Rp 30.000/kg menjadi Rp 40.000/kg.

Selanjutnya, untuk cabai merah keriting saat ini stabil di harga Rp 45.000/kg. "Kalau untuk cabai rawit hijau dan putih stabil, yaitu Rp 27.000-28.000/kg," katanya.

Ia mengatakan akibat kenaikan harga tersebut pembelian oleh konsumen mengalami penurunan. Jika biasanya dalam satu hari ia bisa menjual hingga 2 kuintal cabai, selama kenaikan harga yang cukup tinggi ini penjualan dalam satu hari hanya di kisaran 50 kg.

Sementara itu, terkait dengan kenaikan harga tersebut, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta Totok Tavirijanto mengatakan selama ini komoditas cabai memiliki bobot tinggi sebagai penyumbang inflasi maupun deflasi.

Ia mengatakan jika harga naik maka cabai bisa menyebabkan inflasi, begitu juga ketika harga turun maka cabai bisa menyebabkan deflasi. "Meski kenaikan harga sedikit, tetapi bisa menjadi penyumbang inflasi karena hampir seluruh masyarakat mengkonsumsi komoditas ini. Cabai seperti halnya beras sebagai penyumbang inflasi," katanya.

Terkait dengan cabai, dikatakannya, Kota Solo bukan merupakan daerah produsen sehingga dalam memenuhi kebutuhan tergantung dari daerah lain.

"Ini sangat erat hubungannya, kalau di daerah produsen sedang panen raya kemudian dibawa ke Solo harganya bisa turun, tetapi kalau daerah produsen kosong, bisa saja karena tidak tanam atau terjadi hujan lebat tentu berpengaruh dengan produktivitas cabai. Stok jadi sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan konsumen. Kondisi ini akan berpengaruh pada harga," katanya.

Oleh karena itu, ia mendorong Pemerintah Kota Surakarta untuk menjalin kerja sama antarpemerintah untuk memenuhi kebutuhan komoditas pokok tersebut.

"Sering saya sampaikan ke pemkot agar menjalin kerja sama dengan pemkab lain. Sekarang ini sebetulnya sudah ada hubungan pemenuhan cabai dari pedagang ke pedagang, pengusaha ke pengusaha, ke depan perlu ada kerja sama antarpemerintah. Sebetulnya di Solo sudah ada Pedaringan tetapi masih banyak berkutat dengan beras, gula pasir, minyak goreng. Oleh karena itu, perlu didorong agar meluaskan komoditasnya, cabai dan yang lainnya, ini mungkin bisa meredam," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement