Setan Dibelenggu Saat Ramadhan, Mengapa Maksiat Masih Marak?

Red: Ani Nursalikah

Kamis 08 Apr 2021 05:47 WIB

Setan Dibelenggu Saat Ramadhan, Mengapa Maksiat Masih Marak? Foto:

1

Di sisi lain, para ulama kontekstualis memaknai dan memahami sabda Nabi SAW tersebut sebagai ungkapan metaforis (kiasan, majazi, tidak sesungguhnya). KH Ahmad Zahro dalam Fiqih Kontemporer Jilid 3 mengatakan, "pintu surga dibuka” menggambarkan betapa mudahnya orang berbuat baik pada bulan Ramadhan, betapa tingginya semangat dan motivasi untuk melakukan kebaikan pada bulan Ramadhan, dan betapa besarnya pahala kebaikan pada bulan Ramadhan sehingga seakan pintu surga terbuka untuk mereka.

Bukan pintu fisik surga karena surga sampai sekarang belum ada, walau kelak pasti akan ada. Penghuni surga yang ditampakkan pada Nabi SAW ketika mi'raj hanyalah penggambaran atau ilustrasi, bukan sebenarnya karena surga baru ada penghuninya ketika semua manusia sudah mati dan dunia sudah kiamat, serta penghitungan (hisab) dan penimbangan (mizan) amal sudah dilakukan.

Begitu pula, "pintu neraka ditutup" menggambarkan betapa tingginya sensitivitas umat Islam terhadap dosa pada bulan Ramadhan, betapa tingginya kesadaran mereka untuk menjauhi perbuatan maksiat pada bulan Ramadhan sehingga seakan pintu neraka tertutup untuk mereka.

Demikian juga dibelenggunya setan, bukanlah setan itu benar benar dibelenggu. Rasulullah SAW menyatakan setan-setan itu dibelenggu pada bulan Ramadhan hanyalah untuk menggambarkan betapa tidak berkutiknya setan untuk menggoda umat yang beriman dan sedang berpuasa karena mereka sedang asyik beribadah, sedang tinggi semangatnya untuk berbuat baik, serta sadar dan sensitif terhadap perbuatan dosa.

 

Terpopuler