REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Gelandang tim nasional Jerman Toni Kroos turut bereaksi seputar persoalan hak asasi manusia menjelang Piala Dunia 2022 di Qatar. Diduga ada pelanggaran HAM terhadap pekerja yang bertugas membangun infrastruktur pendukung kompetisi akbar tersebut.
Dalam tulisan yang dirilis media Inggris Guardian, sekitar 6.500 buruh telah meninggal dalam pembangunan di Qatar sejak 2010 atau setelah negara teluk tersebut ditunjuk menjadi tuan rumah. Sejumlah tim nasional di Eropa, telah melakukan protes. Selain Jerman, ada Norwegia, Belgia, juga Belanda.
Belakangan isunya berkembang. Ada suara-suara yang menginginkan Piala Dunia di Qatar diboikot. Kroos sepakat, sepak bola harus bersuara jika ada ketidakadilan ini. Namun ia tidak sependapat jika sampai harus memboikot turnamen akbar di salah satu negara di Timur Tengah itu.
"Ini tentang banyak pekerja dari Qatar, juga pekerja migran. Mereka harus bekerja tanpa henti di tengah cuaca panas hingga 50 derajat. Pada saat yang sama, mereka menderita gizi buruk, kekurangan air minum," tutur bintang Real Madrid itu menjelaskan situasi negatif yang dialami buruh lapangan, dikutip ESPN, Rabu (31/3).
Akibatnya, keselamatan di tempat kerja, sama sekali tidak terjamin. Tak ada perawatan medis memadai. Bahkan terkadang, muncul kekerasan terhadap para pekerja . Kroos menegaskan semua hal ini tak bisa diterima. Harus ada perubahan nyata.
Namun, menurut dia, tak ada gunanya memboikot turnamen. Sebab cara tersebut, tidak menjamin bakal menciptakan sesuatu yang lebih baik.
"Akankah kondisi di tempat kerja berubah? Saya kira tidak. Sepak bola harus memberi perhatian pada masalah yang dalam jangkauannya. Tapi sepak bola tidak semata-mata bertanggung jawab untuk membuat segalanya lebih baik di dunia," ujar Kroos menegaskan.
Ia justru bersikap dari sisi sudut pandang pekerja tersebut. Jika turnamen di Qatar ditiadakan atau ditunda, justru para buruh yang sudah terlibat tak bisa mendapatkan manfaatnya.