Kamis 01 Apr 2021 12:38 WIB

Dewan Keamanan PBB Didesak Cegah Pertumpahan Darah Myanmar

Risiko perang saudara dan pertumpahan darah lebih tinggi di Myanmar

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Suasana demonstrasi antijunta militer di Myanmar.
Foto: Anadolu Agency
Suasana demonstrasi antijunta militer di Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener memohon kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB) mengambil tindakan lebih di tengah krisis politik di Myanmar. Dia mengingatkan risiko perang saudara dan pertumpahan darah lebih tinggi dalam gelombang protes menentang kudeta militer.

Dalam sesi tertutup dari 15 anggota DK PBB, Burgener mengatakan, bahwa para jenderal yang mengambil alih kekuasaan tidak mampu mengelola negara. Dia mengingatkan bahwa situasi di negara Asia Tenggara tersebut bakal memburuk.

Baca Juga

"Pertimbangkan semua alat yang tersedia untuk mengambil tindakan kolektif dan melakukan apa yang benar, apa yang layak diterima rakyat Myanmar, dan mencegah bencana multidimensi di jantung Asia," ujar dia seperti dikutip laman Aljazirah, Kamis (1/3).

Burgener menegaskan, bahwa DK PBB harus mempertimbangkan tindakan yang berpotensi signifikan untuk kembali berdemokrasi seperti sedia kalanya. "Sebab pertumpahan darah sudah dekat," ujarnya.

Sementara, Inggris meminta pertemuan DK PBB sebagai tanggapan atas kekerasan yang meningkat. "Tindakan kekerasan oleh militer ini sama sekali tidak dapat diterima dan membutuhkan pesan yang kuat dari komunitas internasional," kata Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward, dalam jumpa pers virtual setelah sesi dewan.

"Dewan Keamanan harus memainkan perannya dalam tanggapan internasional," ujarnya menambahkan.

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield, mencatat bahwa AS telah memberlakukan sanksi yang ditargetkan, memberikan perlindungan sementara kepada rakyat Myanmar di AS, dan meningkatkan bantuan kepada masyarakat sipi. AS juga akan berbuat lebih banyak.

"Kami membutuhkan sekutu dan mitra regional kami untuk berbuat lebih banyak," katanya. "Kami membutuhkan tekanan tambahan untuk menghentikan kekerasan dan menghormati keinginan rakyat, terutama dari tetangga Burma. Dan sudah waktunya bagi mitra ekonomi militer, termasuk mereka yang memfasilitasi para jenderal dan keluarganya untuk memperhatikan hubungan tersebut," ujar dia melanjutkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement