Ahad 04 Apr 2021 05:50 WIB

Tips Atur Keuangan dengan Prinsip Syariah

Yang pertama harus dialokasikan dalam mengelola keuangan adalah charty.

Rep: Santi Sopia/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak perlu diajarkan mengelola keuangannya sedari dini.
Foto: flickr
Anak perlu diajarkan mengelola keuangannya sedari dini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Literasi keuangan syariah, menurut survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan tahun 2019, masih tertahan pada 8.93 persen dengan responden baik muslim maupun non-muslim. Survei Bank Indonesia dengan menyasar responden muslim juga menunjukkan angka hanya 16.3 persen sebagai indeks literasi keuangan syariah.

Selain masih rendah tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap keuangan syariah, tingkat inklusi keuangan syariah pun masih rendah dibandingkan inklusi pada industri keuangan secara umum.

Baca Juga

Dua peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Laily Dwi Arsyianti dan Irfan Syauqi Beik pun merilis sebuah buku tentang perencanaan keuangan syariah. Irfan mengatakan buku berjudul Charity, Debt, Investment, Consumption (CDIC) tersebut lahir dari pemikiran perlunya mengubah paradigma pengelolaan keuangan masyarakat, khususnya pada level keluarga atau rumah tangga, bahwa ketika kita mendapatkan penghasilan.

Pertama-tama saat seseorang mendapatkan penghasilan, harus terlebih dulu mengeluarkannya untuk kewajiban. “Maka yang harus muncul di benak kita adalah rumus CDIC (Charity, Debt, Investment and Consumption). Maksudnya, saat mendapatkan penghasilan, maka segera keluarkan Charity, baik yang wajib yaitu zakat (2,5 persen rata2), maupun yang sunnah yaitu infak, sedekah, wakaf,” kata Irfan yang juga Anggota Badan Wakaf Indonesia (BWI) kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Irfan mencontohkan angka 2,5 persen sampai persen tersebut bergantung kemampuan. Membayar utang juga termasuk kewajiban. Maka segera bayarkan utang (jika ada).

Setelah kewajiban, baru kemudian investasikan sebagian dari pemasukan untuk keperluan masa depan, misalnya 10 persen dari pemasukan. Tentunya investasi juga bergantung kondisi setiap orang dan instrumen yang cocok.

Lalu sisa dari pemasukan dapat digunakan untuk konsumsi, belanja kebutuhan hidup, dengan tetap memperhatikan larangan berlebih-lebihan. “Jangan dibalik, consumption duluan charity terakhir. Kalau charity terakhir, maka orang nggak akan berbagi,” katanya.

Intinya, peluncuran buku ini bertujuan mengubah mindset masyarakat. Hal ini supaya pola pikir berbagi dan peduli sesama bisa menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Buku ini diharapkan mampu menjadi salah satu media bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi terhadap keuangan syariah. Simplifikasi terhadap konsep perencanaan keuangan syariah sengaja dibuat agar masyarakat lebih mudah menyerap konsep secara umum, mempraktikkan, dan mengajak masyarakat sekitar untuk melek literasi keuangan syariah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement