REPUBLIKA.CO.ID, LEMBATA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyebutkan, warga penyintas bencana banjir dan longsor di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengungsi pada Senin (5/4). Sebagian keluarga juga masih mencari anggota keluarganya yang hilang.
“Warga masih mengungsi sambil mencari keluarganya juga yang hilang. Seperti anggota keluarga saya, ini masih ada tiga orang yang belum ditemukan,” ujar Jamal dari Tim Masyarakat Relawan Indonesia di Desa Leudanung, Kecamatan Omesuri, Lembata, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (5/4).
Jamal juga melaporkan kondisi saat ini, menurut pantauannya di Desa Leudanung, fasilitas umum seperti jalan dan kantor desa masih tertutup lumpur. Jalan-jalan masih terputus, dan listrik padam. “Cuaca juga masih ekstrem. Masih hujan lebat sampai sekarang. Belum ada bantuan masuk karena kesulitan akses,” ujar Jamal.
Saat ini, ia bersama tim MRI Lembata terus berkoordinasi dengan Tim Tanggap Darurat ACT Pusat. Sejumlah relawan juga telah asesmen dan membantu sejumlah masyarakat. “Kami terus memantau kondisi. Kami berharap bisa segera membantu kebutuhan warga,” tambahnya.
Hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir bandang di sejumlah kecamatan di Lembata, yaitu Ile Ape, Ile Ape Timur, dan Omesuri. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lembata melaporkan 11 orang meninggal dunia dan 16 orang hilang akibat bencana ini. BPBD Lembata masih melakukan pendataan terkait kerugian materil.