Senin 05 Apr 2021 23:30 WIB

BNPB: Banjir di NTT Belum Perlu Status Bencana Nasional

Banjir bandang menyebabkan 86 orang meninggal di NTT dan NTB.

Sebuah ekskavator beraksi membersihkan lumpur dari jalan pasca banjir di Dili, Timor Leste, juga dikenal sebagai Timor Leste, 05 April 2021. Puluhan orang tewas dan puluhan hilang karena banjir dan tanah longsor akibat hujan lebat melanda bagian timur Indonesia dan Timor Leste selama akhir pekan.
Foto: EPA-EFE/ANTONIO DASIPARU
Sebuah ekskavator beraksi membersihkan lumpur dari jalan pasca banjir di Dili, Timor Leste, juga dikenal sebagai Timor Leste, 05 April 2021. Puluhan orang tewas dan puluhan hilang karena banjir dan tanah longsor akibat hujan lebat melanda bagian timur Indonesia dan Timor Leste selama akhir pekan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo mengatakan, pemerintah belum perlu menetapkan status banjir bandang yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai bencana nasional. Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (5/4), Doni mengatakan, status bencana nasional baru akan ditetapkan manakala kegiatan pemerintahan daerah lumpuh total.

"Status darurat bencana nasional manakala pemerintah daerah lumpuh sehingga pusat harus mengambil alih. Sejauh ini kegiatan pemerintahan masih berjalan," kata Doni.

Saat ini, kata dia, seluruh pemerintah daerah baik kota/kabupaten maupun provinsi masih bisa menangani bencana tersebut. Tidak ada satupun pemerintah daerah yang lumpuh. Pengungsi masih dalam batas kemampuan daerah untuk melakukan penanggulangan bencana. "Kami tidak perlu usulan bencana nasional," kata dia.

Kendati demikian, pemerintah pusat melalui BNPB, Kementerian Sosial, hingga BMKG, akan memberikan dukungan sejak status tanggap darurat hingga masa pemulihan. "Adapun pemerintah pusat akan optimal memberikan dukungan kepada daerah, status bencana nasional tak perlu diberlakukan," katanya.

Korban meninggal akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi di Nusa Tenggara Timur kini mencapai 84 orang dan penambahan dua orang di Nusa Tenggara Barat (NTB) sehingga total menjadi 86 jiwa. Sementara puluhan orang masih dalam pencaharian hingga Senin malam.

Jumlah itu akan terus bergerak mengingat hingga saat ini tim gabungan baik BNPB, TNI, Polri, dan BPBD setempat masih melakukan upaya pencaharian. BNPB juga akan menerjunkan tiga helikopter untuk mempermudah proses evakuasi dan distribusi logistik di wilayah yang terisolir. Apabila masih kurang, helikopter dari TNI dan Polri siap diterjunkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement