REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail menilai aksi terorisme yang berlangsung jelang Ramadhan tidak lepas dari pemahaman yang keliru dari para pelakunya. Menurutnya ada kekeliruan dalam menafsirkan kisah peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah.
"Teroris melakukan serangan ada kecenderungan jelang Ramadhan itu karena mereka membajak atau menafsiri secara salah kisah peperangan di zaman Rasulullah. Pada bulan Ramadhan yaitu perang Badr dan Fathul Makkah, jadi itu yang menjadi dasar mereka. Jadi ada kecenderungan upaya itu. Jadi berkah melakukan jihad pada (atau menjelang) bulan puasa," kata Noor Huda Ismail kepada Republika,co.id pada Selasa (6/4).
Lebih lanjut menurutnya saat ini ada pergeseran di mana pelaku teror cenderung dilakukan oleh kaum perempuan. Menurut Huda aksi teror dengan melibatkan perempuan sebagai pelakunya tak lepas dari keterkaitan dengan ISIS yang tidak saja melakukan teror namun mempunyai tujuan politik yaitu untuk membentuk tatanan kehidupan baru dengan kekuasaan dan warga negara baru.
"Kalau perempuan menjadi pelaku teror itu memang ada pergeseran. Zaman JI itu paling hanya ada 3-4 perempuan yang terlibat tapi di zaman ISIS dan media sosial itu mendemonstrasi orang berpartisipasi terutama terutama perempuan, termasuk perempuan untuk terlibat di dalam aksi kekerasan ini," katanya.