Rabu 07 Apr 2021 12:27 WIB

Kisah Taubatnya Pendakwah Arab Saudi Syekh Said Al Qahthani

Syekh Said Al Qahthani pernah tersesat sebelum akhirnya bertaubat

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Syekh Said Al Qahthani pernah tersesat sebelum akhirnya bertaubat . Ilustrasi taubat
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Syekh Said Al Qahthani pernah tersesat sebelum akhirnya bertaubat . Ilustrasi taubat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pendakwah asal Arab Saudi, Syekh Said Musfir Al Qahthani menceritakan kisah spiritualnya menuju pertaubatan dan lebih dekat kepada Allah SWT. 

Sejal kecil, Syekh Said bukanlah anak yang selalu taat beribadah. Sebagaimana muslim lainnya imannya tidak selalu luat, terkadang keimanannya lemah. 

Baca Juga

Tidak jarang, ketika hadir dalam pemakaman atau khutbah di masjid kadar keimanannya meningkat. Sehingga dia rutin menjalankan sholat lima waktu.  

Namun rutinitas ibadahnya tidak berlangsung lama. Baik ibadah wajib dan sunnah dia hanya rutin menjalankan dua pekan.      

Syekh Said kemudian meninggalkan kewajibannya, bermalas-malasan ibadah. Dia akan kembali semangat beribadah, jika kembali menemukan motivas baik saat mendengarkan ceramah atau hadir dalam pemakaman lainnya karena mengingat kematian. 

Hingga beranjak dewasa sifatnya ini tidak juga berubah. Kadar keimanannya dan rutinitas ibadahnya tidak menentu. Dia tetap menjadi orang yang tidak menjaga sholatnya. Bahkan ketika menikah tetap sering meninggalkan sholat.  

Sampai satu ketika dia bertemu dengan seorang temannya Syekh Suleiman bin Muhammad bin Fayaa.  Saat itu tepat pada 1387 H Syekh Said mulai berhenti bekerja dan menjadi pelatih olah raga.  

Dia bertemu dengan Syekh Suleiman di Departemen Pendidikan, pertemuan singkat tersebut hanya saling bertegur sapa dan Syekh Said berpamitan karena sudah waktunya pulang dan beristirahat. Saat itu bertepatan dengan Ramadhan. 

Biasanya sepulang kerja, Syekh Said akan langsung tidur hingga sholat Maghrib. Sholat Ashar pun kerap dia tinggalkan, kecuali terbangun sebelum maghrib, itupun karena sedang berpuasa.       

Syekh Suleiman, kemudian mengajaknya untuk berbincang menunggu Maghrib, dia pun menyetujuinya. Sambil berbincang keduanya berjalan kaki menuju bendungan Lembah Abha. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement