REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ina Salmah Febriani
Bagaimana rasanya ketika Anda memeroleh hadiah dari seseorang yang disayang? Bahagia, penuh haru, ingin menangis? Kebanyakan dari kita, pasti bahagia jika diberi hadiah. Demikianlah, hadiah selalu identik dengan sesuatu yang mengharukan dan membahagiakan. Nah, bericara tentang hadiah, tahukah Anda bahwa kata ini memiliki similar (persamaan) dari akar kata yang senada dengan hidayah?
Baik hadiah maupun hidayah berakar kata ‘hudan’ (petunjuk). Alqur’an sendiri banyak menyebut lafadz hudan/ hidayah dalam berbagai derivasi. Misalnya dalam Qs. al-Baqarah/2: 185, al-Qur’an menyifati dirinya sendiri dengan sifat petunjuk bagi seluruh manusia yakni petunjuk bagi seluruh manusia (hudan linnas), penjelas dari petunjuk (bayyinaat minal huda), dan pembeda (furqan). Penyebutan ketiga sifat ini (bagi al-Qur’an) secara bersamaan hanya ditemukan dalam ayat ini.
Menurut Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya dalam Mu’jam al-Maqayis al-Lughah, Kata huda secara harfiah berarti petunjuk atau jalan kebenaran. Menurut Ibn Sidah kata ini merupakan lawan dari kata kesesatan (adh-dhalal), yaitu petunjuk (ar-rasyad). Kata hudan lebih berorientasi kepada memberi petunjuk yang diberikan secara halus dan lemah lembut, tanpa adanya paksaan.
Selain Raghib, Muhammad Abduh, penulis kitab tafsir al-Manar mengartikan hidayah sebagai petunjuk halus yang menyampaikannya pada tujuan. Dalam kaitannya dengan petunjuk Allah SWT, beliau mengartikannya sebagai petunjuk Allah SWT yang disampaikan kepada makhluk-Nya. Dengan petunjuk itu mereka dapat mencapai tujuan penciptaan-Nya. Menurut beliau, hidayah itu dapat diibaratkan sebagai sebuah cahaya kilat di malam gelap gulita yang dapat menerangi jalan bagi siapapun yang berjalan.