REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Chiefy Adi Kusmargono, S.Psi, M.Sc, Direktur Utama PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia
Sekedar ingin berbagi. Semoga bermanfaat, khususnya bagi para generasi milenial dalam berkontribusi nyata untuk menghasilkan karya yang lebih baik.
Untuk melanjutkan hal yang sudah baik (going concern), meluruskan hal yang belum lurus (GCG), menyelesaikan hal yang belum selesai (pending matters), dan membangun sesuatu yang baru (business development), maka bukan hanya diperlukan ruang kontribusi, ruang kreativitas, atau ruang inovasi, tetapi juga peran dan kewenangan. Namun bagaimana untuk mendapatkan peran dan kewenangan tersebut?
Bagi yang mulai bekerja sebelum tahun 1990-an hingga awal 2000-an, bahkan mungkin saat ini masih ada, terlebih di perusahaan plat merah. Tentunya merasakan apa yang dinamakan “urut kacang”, feodalisme, birokrasi. Bagaimana ruang untuk diskusi dan mengemukakan pendapat di sebuah rapat, mungkin hanya diwarnai dengan diskusi pejabat struktural.
Kita yang officer/staff terkadang apabila diminta ikut, dipesanin agar hadir rapat tapi mendengarkan saja. Pesan intrinsiknya “gak boleh ngomong”.
Terjadi pula, ketika hasil evaluasi, dan analisis sebuah usulan konsep telah disiapkan untuk presentasi di depan direksi yang disiapkan oleh officer/staff. Mendadak BoD-1 gak bisa hadir. BoD-2 gak siap dan mempersilakan officer/staff tersebut untuk mempresentasikannya di hadapan BoD.
Namun BoD-1 tetap meminta BoD-2 yang tetap harus presentasi. Apa yang kita bayangkan saat presentasi?
Bagi para milenial ada beberapa tips untuk bisa cepat berkontribusi nyata, khususnya yang berkarir di perusahaan plat merah, antara lain: