REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Jawa Timur, mencatat sebanyak lima orang meninggal dunia akibat gempa dengan magnitudo 6,7 yang kemudian diperbarui menjadi 6,1 yang terjadi di Kabupaten Malang, Sabtu (10/4) pukul 14.00 WIB.
"Setelah petugas melakukan pengecekan di lapangan memang benar ada lima korban yang meninggal dunia akibat gempa yang berpusat di Malang," kata Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang M Wawan Hadi Siswoyo saat dikonfirmasi per telepon, Sabtu (10/4) malam.
Dari lima korban yang meninggal dunia, lanjut dia, tiga orang meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya di Kecamatan Tempursari dan Pasrujambe. Dua korban lainnya merupakan suami istri yang tertimpa batu besar saat berkendara di Jalur Piket Nol Lumajang.
Korban yang meninggal dunia yakni sepasang suami istri Ahmad Fadholi dan Sri Yani warga Desa Tempurejo, Kecamatan Tempursari yang tertimpa batu besar saat melewati jalur Piket Nol. Sedangkan korban yang tertimpa reruntuhan bangunan yakni Saden warga DusunTawon Songo, Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe; kemudian Juwanto dan Nasar yang merupakan warga Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari.
"Kami masih terus melakukan pendataan jumlah rumah yang rusak di tujuh kecamatan yakni Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Gucialit, Pasrujambe, Senduro, Yosowilangun, dan Tekung," tuturnya.
Menurutnya kerusakan terparah di Desa Kaliuling, Kecamatan Tempusari, sehingga dibuka posko pengungsi di wilayah tersebut untuk para korban gempa yang rumahnya rusak.
Wawan mengatakan petugas masih melakukan pendataan, sehingga belum bisa memastikan jumlah rumah yang rusak akibat guncangan gempa dengan magnitudo 6,1 tersebut.
"Saya mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Saya juga meminta warga agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa," katanya.