REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Mobil bertenagakan hybrid plug-in disebut-sebut merupakan teknologi andalan bagi pengemudi yang sadar iklim. Namun, menurut beberapa ahli, mobil ini ternyata tidak baik untuk lingkungan. Mobil ini diperkirakan dapat dihapus secara bertahap oleh pembuat mobil dalam menghadapi peraturan Eropa yang lebih ketat.
Rencana kebijakan Uni Eropa untuk kendaraan hibrida plug-in (PHEV), yang berisi baterai listrik dan mesin pembakaran, dapat berarti bahwa teknologi 'transisi' memiliki umur yang lebih pendek daripada yang dibayangkan beberapa pembuat mobil terkemuka.
RUU peraturan keuangan hijau Eropa akan melarang produsen melabeli mobil tipe ini sebagai 'investasi berkelanjutan' setelah tahun 2025, berpotensi menghalangi investor. Sementara aturan yang direncanakan tentang emisi polutan seperti nitrogen oksida dapat meningkatkan biaya produksi mobil ini.
Tujuan dari reformasi tersebut adalah untuk mempercepat transit ke kendaraan yang sepenuhnya bertenaga listrik dan memenuhi tujuan mengendalikan iklim. Namun mereka akan menandai pergeseran dari kebijakan UE yang ada, seperti standar CO2, yang telah memperlakukan hibrida setara dengan mobil listrik dan membantu memacu industri otomotif untuk menginvestasikan puluhan miliar euro dalam teknologi tersebut.