Rabu 14 Apr 2021 02:00 WIB

Badan Amal Ini Tolak Stereotip Buruk Muslim dalam Film

Sepanjang tahun, badan amal akan menggelar pemutaran film dan sesi diskusi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andi Nur Aminah
Pendiri dan CEO UK Muslim Film, aktor Inggris Sajid Varda
Foto: Aljazeera.
Pendiri dan CEO UK Muslim Film, aktor Inggris Sajid Varda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan amal Inggris, UK Muslim Film, menyayangkan stereotip buruk mengenai Muslim dalam sejumlah tayangan. Tidak sedikit film dan serial yang merepresentasikan tokoh beragama Islam sebagai sumber masalah, bahkan sebagai teroris.

Tokoh laki-laki dianggap kaum pinggiran yang secara budaya terbelakang, serta kerap melakukan kekerasan dan dikuasai kemarahan. Jika ada tokoh perempuan, kerap digambarkan sebagai korban yang tertindas dengan sedikit atau tanpa hak memilih.

Baca Juga

UK Muslim Film berupaya mengubah semua itu untuk mengintegrasikan pengalaman Muslim ke dalam jantung budaya Inggris melalui film dan televisi. Sepanjang tahun, badan amal akan menggelar pemutaran film, sesi diskusi, dan acara lain.

Didukung oleh British Film Institute (BFI), badan amal tersebut juga akan menyarankan produksi tentang cara mewakili Muslim dengan lebih baik di bioskop. Tujuannya, menghindari stereotip negatif yang menyinggung serta menangkal Islamofobia.

Pendiri dan CEO UK Muslim Film, aktor Inggris Sajid Varda, terinspirasi memulai proyek itu setelah menyaksikan bagaimana industri hiburan menggambarkan Muslim pascaperistiwa 9/11. Dia berharap dapat mendorong pemahaman yang lebih baik antara Muslim dan komunitas lain.

"Narasinya lebih banyak tentang Muslim, Islam, dan negativitas. Keyakinan hampir selalu digunakan sebagai senjata untuk menciptakan representasi yang keliru, dengan asosiasi negatif," ungkap Varda, dikutip dari Aljazeera.

Dia menyoroti pengaruh media massa terkait representasi yang keliru tentang Muslim. Bisa berbahaya jika media mengabadikan kiasan umum seperti Muslim adalah teroris, Muslim laki-laki adalah misoginis, perempuan Muslim ditindas, dan Islam adalah ancaman bagi Barat. 

Varda bukan sosok pertama dalam industri hiburan yang menyuarakan keprihatinan tentang cara Muslim ditampilkan di layar. Pada 2017, aktor Inggris Riz Ahmed berpidato di hadapan parlemen Inggris soal pentingnya memperjuangkan keberagaman tayangan.

Ahmed adalah Muslim pertama yang mendapat nominasi aktor terbaik untuk Academy Awards tahun ini berkat penampilan di film Sound of Metal. Dia berharap film dan program televisi tidak membuat Muslim Inggris dan minoritas lain merasa terpinggir.

"Orang-orang mencari pesan bahwa mereka dilibatkan, bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu, bahwa mereka dilihat dan didengar. Bahwa karena pengalaman mereka, mereka dihargai. Mereka ingin merasa terwakili," ujar Ahmed.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement