Ia mencontohkan contoh konkritnya misalnya berapa banyak orang yang mengetahui akhirat jauh lebih baik daripada dunia. Tetapi dalam praktiknya, mereka justru berpacu mengejar kemewahan dunia dan melupakan akhirat.
Banyak sekali orang menyadari mengikuti norma agama itu jauh lebih baik bagi mereka dan mereka pun mempunyai keinginan untuk melaksanakannya. "Namun mengapa dalam kenyataannya mereka sangat bebas hawa nafsunya," katanya.
Pada poin ini, pengetahuan atau kesadaran dan keinginan mereka belum layak disebut dengan tafakur yang sebenarnya. Secara filosofis yang diharapkan dari mendungnya awan di langit bukanlah kegelapan semata.
"Tetapi lebih dari itu adalah turunnya hujan," katanya.
Dan yang kita harapkan dari sebuah pohon bukan hanya kebesaran dan kerindangan daun-daunnya, tetapi melampaui semua itu adalah buahnya. Dengan demikian menjadi jelas konsekuensi terpenting dari tafakur adalah amal perbuatan.
"Tafakur mengajak kita melakukan kontemplasi melintasi cakrawala yang tinggi agar memperoleh lentera kearifan," katanya.