REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/4) menyatakan keprihatinannya karena kasus Covid-19 dapat memburuk di Timur Tengah dan Afrika Utara selama bulan Ramadhan. Kepala WHO untuk Mediterania Timur Ahmed al-Mandhari mengatakan pekan lalu, angka kasus Covid-19 di wilayah tersebut naik 22 persen dan kematian naik 17 persen.
“Kami sangat khawatir situasi ini dapat memburuk selama Ramadhan jika orang tidak mematuhi protokol kesehatan,” kata al-Mandhari dalam konferensi pers daring, dilansir Daily Sabah, Kamis (15/4).
Sebagian negara yang memiliki penduduk mayoritas Muslim, bulan Ramadhan dimulai pada Selasa (13/4) lalu. Di bulan ini, umat Islam menunaikan ibadah puasa yang menahan lapar dan dahaga dari fajar hingga senja. Pada malam hari ketika berbuka puasa, mereka berkumpul bersama keluarga atau teman.
“Semangat Ramadhan pada tahun ini lebih terasa. Tapi tindakan yang perlu dilakukan untuk membantu mengatasi pandemi sejalan dengan prinsip dasar Islam. Yakni, jaga kesehatan fisik Anda dan jangan menyakiti orang lain,” ujar dia.
Kepala Regional Kesiapsiagaan Darurat WHO, Dalia Samhouri menyebut organisasi internasional ingin negara-negara melakukan penilaian risiko untuk mencegah penyebaran kasus Covid-19. Dia menyarankan langkah-langkah yang dapat diambil di sekitar masjid selama Ramadhan termasuk menjaga jarak fisik dan disinfeksi rutin. Orang sakit dan orang yang sudah lanjut usia disarankan agar tetap di rumah.
Al-Mandhari mengatakan semua negara di kawasan tersebut telah menerima vaksin. Namun, yang memiliki akses paling terbatas adalah Yaman dan Suriah.
“Meskipun kemajuan telah dicapai dengan memulai vaksinasi di seluruh dunia, masih terdapat ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam distribusi vaksin. Ini terutama berlaku di wilayah kami,” ucap dia.
Di Yaman, baru dikirimkan 360 ribu vaksin melalui program Covax yang bertujuan untuk memastikan akses yang adil terhadap vaksinasi Covid-19. Padahal negara tersebut dijanjikan akan menerima 14 juta dosis.