Kamis 15 Apr 2021 09:06 WIB

Waspadai Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Saat ini tingkat imbal hasil obligasi AS kisaran 1,7 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Obligasi.
Foto: seputarforex.com
Obligasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menilai imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) masih berpotensi naik namun pergerakannya relatif terbatas. Senior Portfolio Manager, Manulife Aset Manajemen Indonesia Samuel Kesuma mengatakan imbal hasil obligasi AS masih dapat bergerak naik seiring dengan ekonomi AS yang membaik. 

“Namun kami memandang kenaikannya akan lebih terbatas dan gradual," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/4).

Baca Juga

Terbatasnya kenaikan imbal hasil obligasi AS, lanjut Samuel, dipengaruhi sejumlah faktor salah satunya yaitu wacana kenaikan pajak yang akan diajukan Presiden Joe Biden. Adapun faktor berikutnya yaitu laju pemulihan yang cenderung lebih lambat dari ekspektasi seiring dengan risiko gelombang ketiga Covid-19 di beberapa kawasan. 

Terakhir adalah potensi meningkatnya pembelian obligasi AS oleh investor global seiring dengan imbal hasilnya yang telah naik ke level atraktif.

"Kenaikan imbal hasil obligasi AS yang lebih gradual akan mengurangi kekhawatiran pasar dan dapat mengembalikan sentimen investor global," ucapnya.

Menurut dia, saat ini tingkat imbal hasil obligasi AS kisaran 1,7 persen pun sebetulnya masih relatif rendah, karena dalam 10 tahun ke belakang rata-rata imbal hasil obligasi AS kisaran dua persen, sehingga level obligasi AS masih pada level yang wajar dan tetap suportif bagi pasar finansial.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja negatif yaitu minus 4,11 persen pada Maret. Samuel menilai sentimen pasar dibayangi oleh kekhawatiran inflasi akan melonjak di AS karena proses vaksinasi yang berjalan baik dan adanya stimulus besar dari Presiden Joe Biden dapat mempercepat pemulihan ekonomi.

Hal ini seiring dengan inflasi yang meningkat maka dikhawatirkan The Fed juga akan ikut lebih cepat melakukan pengetatan kebijakan moneter untuk memitigasi lonjakan inflasi. Adapun sentimen tersebut tercermin dari melonjaknya imbal hasil obligasi AS yang naik dari kisaran 0,9 persen pada akhir 2020 ke kisaran 1,7 persen pada akhir Maret 2021.

Obligasi AS merupakan instrumen penting dalam pasar finansial global karena digunakan sebagai acuan aset bebas risiko (risk-free) dan menjadi salah satu metrik acuan untuk berbagai instrumen finansial lain secara global. Imbal hasil obligasi AS juga dapat mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi dan arah kebijakan moneter The Fed. 

Oleh karena itu melonjaknya imbal hasil obligasi AS menyebabkan ketidakpastian dan volatilitas di pasar finansial global.

"Dalam pandangan kami kenaikan imbal hasil obligasi AS mencerminkan ekspektasi pasar yang lebih positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kami tidak melihat ancaman lonjakan inflasi dapat terjadi berkepanjangan di AS yang akan memaksa The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement