REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pasar obligasi di Venezuela terbilang sangat primitif sampai butuh para pria-pria bersenjata untuk mengawal perpindahan uangnya yang tunai. Dilansir Bloomberg, Selasa (14/4), sistem keuangan Venezuela sangat terbatas sehingga transfer dollar tidak memungkinkan.
Para pembelinya harus menggunakan ribuan dolar demi menghindari risiko kejahatan. Di pasar obligasi yang mungkin paling kecil dan hampir pasti paling primitif di dunia ini gagal bayar bukanlah risiko terbesar yang dihadapi investor.
Risiko terbesar adalah perampokan. Sebagai bagian dari perombakan Pemerintahan yang kesulitan terbebas dari keterpurukan, dolar AS sekarang menjadi mata uang de facto di negara tersebut. Tetapi mengingat cara ad-hoc yang sedang dilakukan reformasi, tidak ada cara untuk mentransfer dolar AS secara elektronik dari satu bank ke bank lain.
Sejak dua dekade terakhir, sebuah perusahaan pembuat rum lokal akhirnya memutuskan untuk menjadi perusahaan pertama yang menjual obligasi dolar AS. Investor harus membelinya secara tunai dalam tumpukan uang seratus dolar AS ke dalam tas dan membawanya ke bank di Caracas timur.
Segala macam teknik digunakan untuk mengarungi jalan-jalan kota paling berbahaya di dunia itu, mulai dari pengawal bersenjata hingga penyamaran. Mantan Presiden Caracas Stock Exchange, Juan Domingo Cordero mengkritik hal ini dan mendesak perbaikan sistem.
"Apa yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki dolar AS di Venezuela? Kita tidak dapat terus beroperasi secara tunai," katanya.
Mengingat kesuksesan perusahaan mendulang dana obligasi senilai 300 ribu dolar AS akhirnya memicu gelombang minat dari perusahaan lain. Investor yang merupakan penduduk Venezuela yang kaya.