REPUBLIKA.CO.ID, Hari Nuryani (49 tahun) tak pernah berpikir untuk menjadi petugas pemulasaran dan pemakaman jenazah Covid-19 di Kabupaten Indramayu. Namun, tingginya kematian pasien Covid-19, telah memanggil rasa kemanusiaannya untuk bergelut dengan tugas mulia itu.
Perempuan yang akrab disapa Yani itu selama ini bertugas sebagai anggota Unit Reaksi Cepat (URC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu. Dengan tugasnya tersebut, dia memang sudah terbiasa menangani jenazah para korban bencana.
Untuk itu, saat ditawari oleh pimpinannya untuk menjadi petugas pemulasaran dan pemakaman jenazah Covid-19 pada November 2020 silam, Yani langsung menjawab siap. Apalagi, saat itu rekan-rekannya tidak ada yang mau menerima tawaran itu.
"Si ini gak mau, si itu gak mau. Saya berpikir, gimana kalau saya meninggal, jenazah saya tidak ada yang mau mengurusi. Karena itu, saat pimpinan menawarkan, saya siap," kata Yani, Kamis (22/4).
Apalagi, tawaran itu datang karena rumah sakit kewalahan dengan banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal, sedangkan tenaga mereka minim. Rumah sakit lantas meminta bantuan kepada BPBD Indramayu.
"Kalau ditanya apakah saya takut? Alhamdulillah tidak. Saya melakukannya benar-benar karena didorong rasa kemanusiaan," tukas ibu tiga orang anak tersebut.
Dalam menjalankan tugasnya itu, Yani awalnya hanya diminta menjadi petugas pemakaman jenazah Covid-19. Namun, dengan tenaga pemulasaran yang juga terbatas, akhirnya dia turun langsung melakukan pemulasaran terhadap jenazah tersebut. Mulai dari memandikan, mengkafani hingga membungkus jenazah dengan plastik.
Yani pun harus siap kapanpun tenaganya dibutuhkan. Tak peduli meski itu tengah malam. "Bahkan, saat sudah mau tidur, sudah mau merem (terpejam), tiba-tiba ada telepon (untuk memakamkan jenazah Covid-19). Ya sudah, berangkat," tutur Yani.