REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM – Polisi Israel melaporkan, 44 orang ditangkap dan 20 petugas terluka dalam bentrokan di Yerusalem. Bentrokan antara warga palestina dan petugas keamanan itu dipicu oleh larangan Ramadhan oleh Israel dan adanya pawai anti-Arab oleh ekstrimis Yahudi di dekat Yerusalem.
Pernyataan polisi tidak merinci apakah mereka yang ditangkap adalah orang Palestina atau Yahudi dan tidak merujuk pada contoh kekerasan tertentu. Polisi tidak segera menanggapi permintaan keterangan lebih lanjut.
Warga Palestina bentrok dengan polisi Israel sejak awal bulan suci Ramadhan. Ketegangan dimulai ketika polisi menempatkan barikade di luar Gerbang Damaskus Kota Tua, tempat umat Muslim berkumpul untuk menikmati buka puasa bersama.
Pada Kamis (22/4) malam, ratusan warga Palestina melemparkan batu dan botol ke arah polisi, yang kemudian dibalas dengan tembakan meriam air dan granat untuk membubarkan warga. Puluhan warga Palestina terluka dalam huru-hara itu.
Ketegangan meningkat dalam beberapa hari terakhir di Yerusalem, yang telah lama menjadi titik nyala dalam konflik Israel-Palestina. Dilansir dari AP, Sabtu (24/4) dilaporkan bahwa warga Palestina telah bersiap untuk kemungkinan kerusuhan lanjutan ketika polisi meningkatkan keamanan.
Sementara itu, gerilyawan Palestina di jalur Gaza juga menembakkan setidaknya 10 roket ke Israel pada Jumat (23/4) malam dan Sabtu (24/4) pagi. Tembakkan ini diduga sebagai aksi balasan atas insiden di Yerusalem.
Namun beberapa roket dicegat oleh pertahanan udara Israel dan yang lainnya jatuh di dekat perbatasan Gaza. Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengaku bertanggung jawab atas beberapa roket tersebut. Sayap bersenjata Hamas juga memperingatkan Israel untuk tidak menguji kesabarannya.
Tak hanya itu, ratusan warga di Gaza juga turun ke jalan sebagai tindakan solidaritas atas bentrokan warga Palestina di Yerusalem. Aksi mereka juga berarti melanggar jam malam yang diberlakukan penguasa Gaza, Hamas, guna mengekang kasus Covid-19.
Di sisi lain, kelompok sayap kanan Yahudi atau dikenal sebagai Lahava menggelar pawai dengan meneriakkan "Orang Arab keluar!" menuju Gerbang Damaskus. Polisi menggunakan barikade logam untuk menjaga pengunjuk rasa sayap kanan tetap berada di beberapa ratus meter dari Gerbang Damaskus.
Kedutaan Besar AS mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan kekerasan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. "Kami berharap semua suara yang bertanggung jawab akan segera mengakhiri hasutan, sehingga situasi kembali tenang, menghormati keselamatan dan martabat semua orang di Yerusalem,” kata Dubes AS dalam sebuah pernyataan.
Pada khutbah Jumatnya, Sheikh Muhammad Hussein selaku Mufti Agung Yerusalem, mengutuk serangan polisi terhadap orang-orang Palestina di Yerusalem. Namun dia meminta para jemaah untuk tetap tenang dan tidak memberikan alasan kepada pihak lain untuk menyerbu kompleks tersebut.