Kamis 29 Apr 2021 00:25 WIB

Tenggelam dalam Ketaatan

Semua yang terjadi di muka bumi ini, pasti ada masanya.

taat(Ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
taat(Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Ina Salma Febriani

Belum pulih dari serangkaian bencana yang menimpa negeri tercinta, penghujung April kita dikejutkan oleh peristiwa nahas yang menimpa KRI Nanggala 402. Kapal selam bermuatan 53 awak kapal ini dinyatakan berstatus subsunk (tenggelam) di kedalaman 853 meter pada Ahad (25/4).

Baca Juga

Belum ada keterangan lebih lanjut mengenai penyebab tenggelamnya kapal ini. Beberapa sumber menyatakan bahwa kapal berwarna hitam memanjang dan bertuliskan 402 di sebagian sisinya ini terbelah menjadi tiga. Korban dinyatakan meninggal dunia. Seluruhnya.

Genap sudah para ‘hamba pilihan’ Tuhan ini menyelesaikan amanah terbesarnya. Menjaga kedaulatan bahari Indonesia. Tak sedikit hal yang dikorbankan agar mereka dapat terus menyelam. Anak, isteri, orangtua, keluarga, harus ikhlas ditinggal demi bisa mengemban tugas. Sedemikian mulia, sedemikian menggetarkan jiwa. Ya, peristiwa tenggelamnya kapal ini menghentakkan batin sekaligus menjadi pelajaran berharga untuk kita semua tentang pengabdian menuju Tuhan.

Jika mereka yang syahid adalah manusia pilihan Tuhan, maka kapal yang dibuat tahun 1977 ini menjadi ‘persinggahan terakhir’ tempat para pejuang negara ini mengabdi. Kapal dibuat di Kiel, Jerman Barat ini sudah tal terbilang jasanya. Ia pernah digunakan untuk berbagai situasi, termasuk misi intelijen di Samudera Hindia, April hingga Mei 1992.

Agustus – Oktober, KRI Nanggala 402 kembali bertugas melacak misi intelijen Timor Timur untuk mengawasi pergerakan pasukan Interfet (International Force for East Timor). Tak berhenti sampai disitu, Mei 2005, ditugaskan ke Blok Masela, memanasnya hubungan Indonesia Malaysia. Usia yang tak lagi muda, kapal ini pernah kembali ke Jerman untuk dilakukan peremajaan dan selesai tahun 1989. Beberapa tahun kemudian, kapal ini diperbaiki total di Korea Selatan dan selesai Februari 2012.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement