REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Setelah mengantarkan timnya ke empat semifinal, Ole Gunnar Solskjaer belum pernah melewati empat besar dalam kompetisi piala mana pun sepanjang menjadi pelatih Manchester United(MU). Namun, dia mendapatkan kesempatan lagi untuk mengakhiri kutukan itu saat melawan tim yang memiliki kenangan indah yang harus dihadapi.
Kemajuan dalam liga domestik sudah dicapai setelah United kuat mencengkeram posisi kedua klasemen Liga Primer Inggria musim ini setelah dua musim lalu terseok-seok pada urutan keenam dan ketiga. Masalahnya, lemari pialanya tetap saja kosong.Yang lebih didambakan pendukung MU saat ini adalah klubnya meraih trofi pertama sejak juara Liga Europa 2017 di bawah kepemimpinan Jose Mourinho. Dan sudah empat kali hal itu hanya bisa nyaris didapatkan.
Entah itu dua kekalahan dalam semifinal Piala Liga melawan Manchester City, sekali kalah melawan Chelsea dalam Piala FA tahun lalu, atau kalah dalam empat besar Liga Europa melawan Sevilla tidak lama kemudian, United selalu tersandung saat terakhir kali dikomandani Solskjaer.
Kemenangan atas Granada dalam delapan besar musim ini telah memberi Solskjaer kesempatan kelima untuk melaju ke final dan AS Roma bisa saja memperpanjang penderitaan pelatih asal Norwegia itu.
Namun, pertarungan melawan Roma menimbulkan kenangan indah di Eropa bagi Solskjaer, karena tim Italia itu pula yang menjadi lawan terakhirnya di kancah Eropa saat membela United. Setelah kalah 1-2 pada leg pertama perempat final Liga Champions 2006-2007 di Roma, United balik mengalahkan 7-1 tim Italia itu pada leg kedua. Ketika itu Solskjaer masuk sebagai pemain pengganti pada babak kedua.
"Saya menjadi starter pada leg pertama itu, tetapi tidak ingat apakah saya menuntaskannya karena kami bermain dengan 10 pemain dan memperoleh hasil bagus," kata Solskjaer dalam jumpa pers seperti dikutip Reuters.
"Dia (manajer Sir Alex Ferguson) yakin kami bisa lolos tetapi malam itu di Old Trafford ajaib. Kami bersemangat dan menunjukkan apa yang bisa dilakukan United."
Solskjaer gantung sepatu akhir musim itu dan memulai karier pelatih pada akademi United setahun kemudian. Kini, ketika musim ketiganya sebagai pelatih United hampir berakhir, masa transisi telah berakhir dan paceklik trofi berkepanjangan tidak bisa lagi ditoleransi.