Kamis 29 Apr 2021 14:22 WIB

Fakta-Fakta Soal Varian Covid-19 B.1.617 di India

Varian baru ini memiliki 13 mutasi yang mengakibatkan perubahan asam amino.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Tenaga kesehatan membawa pasien Covid-19 di rumah sakit pemerintah Covid-19, Ahmedabad, India, Selasa (27/4). Kasus Covid-19 di India melonjak lebih cepat daripada di tempat lain di dunia. Tercatat angka kematian di India akibat virus Covid-19 telah mencapai 200.000 jiwa. (AP Photo/Ajit Solanki)
Foto: AP/Ajit Solanki
Tenaga kesehatan membawa pasien Covid-19 di rumah sakit pemerintah Covid-19, Ahmedabad, India, Selasa (27/4). Kasus Covid-19 di India melonjak lebih cepat daripada di tempat lain di dunia. Tercatat angka kematian di India akibat virus Covid-19 telah mencapai 200.000 jiwa. (AP Photo/Ajit Solanki)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian lain dari infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) muncul di India. Varian ini telah menjadi kekhawatiran secara luas bagi banyak orang, karena dikhawatirkan ketahanannya terhadap vaksin.

Dilansir ZME Science, varian lain COVID-19 di India disebut sebagai B.1.617 yang menunjukkan dua mutasi serupa, esperti ditemukan pada varian di Brasil dan Afrika Selatan. Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai arti dari mutasi tersebut.

Baca Juga

Sebagai permulaan, perlu diketahui bahwa lebih dari 60 persen kasus COVID-19 di Maharashtra, India dikaitkan dengan varian B.1.617. Menurut penelitian yang dilakukan, varian baru ini memiliki 13 mutasi yang mengakibatkan perubahan asam amino. Belum diketahui secara pasti dari mana ini muncul.

B.1.617 telah dideskripsikan sebagai mutan ganda. Istilah ini merujuk pada dua mutasi lonjakan (E484Q dan L452R) tetapi tidak akurat, tidak memiliki arti khusus dan harus dihindari.

“Varian ini disebut sebagai varian India, namun belum dapat disebut secara pasti di mana varian pertama kali muncul,” ujar Sharon Peacock, direktur COG Inggris, sekaligus profesor di bidang kesehatan publik dan mikrobiologi di University of Cambridge, Inggris, dalam laporan singkat untuk Science Media Center.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan kesehatan lainnya telah memperingatkan agar tidak menamai virus dan varian terkait lokasi karena potensi stigma. Sementara itu, dua mutasi, yang disebut sebagai E484Q dan L452R adalah yang membuat varian B.1.617 sangat memprihatinkan.

Virus bermutasi sepanjang waktu, tetapi sebagian besar mutasi ini tidak relevan dalam skema dan tidak membuat virus menjadi lebih berbahaya. Tetapi sesekali, mutasi dapat membuat virus lebih menular atau lebih mampu menghindari pengobatan maupun vaksinasi.

Mutasi E484Q dan L452R telah dikaitkan dengan varian lain yang menjadi perhatian. Sebagai contoh, L452R hadir dalam varian di California, Amerika Serikat (AS) dan dikaitkan dengan netralisasi virus yang lebih lemah oleh plasma pemulihan dari orang yang telah terinfeksi virus corona jenis baru, atau beberapa antibodi.

Mutasi E484Q dapat membantu virus menghindari sistem kekebalan tubuh inang, mirip dengan mutasi di Afrika Selatan dan Brasil. Meski tidak jelas apa artinya, kedua varian yang disebutkan di atas telah dikaitkan dengan beberapa kemampuan untuk menghindari sistem kekebalan.

Namun, sejauh ini, data yang tersedia masih kurang untuk memastikan apakah varian ini sangat mengkhawatirkan atau tidak. Varian ini memiliki beberapa mutasi yang berpotensi mengkhawatirkan tetapi ini mungkin tidak seserius beberapa mutasi yang ada pada varian yang pertama kali terlihat di Kent, Afrika Selatan dan Brasil.

Hal ini mungkin karena belum banyak waktu untuk mempelajarinya, sehingga mutasi ini harus diawasi dengan cermat. Dalam hal penyebaran, varian ini telah meningkat frekuensinya di India, secara khusus dalam beberapa waktu terakhir gelombang wabah kembali meningkat di negara itu.

“Namun, belum diketahui berapa banyak B.1.617 yang mendorong penyebaran dibanding penyebarannya yang secara kebetulan terjadi di pada saat yang sama,” jelas Jeffrey Barrett, Direktur inisiatif genomik COVID-19 di Wellcome Sanger Institute.

Belum diketahui juga mengenai apakah B.1.617 terpengaruh oleh vaksin. Namun, ahli penyakit menular AS, Anthony Fauci mengatakan berdasarkan penelitian bahwa vaksin India, Covaxin bekerja untuk varian tersebut.

Pandemi COVID-19 saat ini menjadi krisis bagi masyarakat global, termasuk India, dengan sepertiga dari seluruh kasus di dunia berasal dari negara itu. Belum diketahui secara jelas apakah ini terkait dengan varian baru atau kebiasaan yang ada di sana, seperti tindakan pencegahan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Para ahli mengatakan kemungkinan besar umat manusia menghadapi COVID-19 seperti perang dalam jangka panjang, seperti halnya virus flu yang selalu ada dan membutuhkan vaksin influenza setiap tahunnya. Beruntung, virus corona tidak bermutasi secepat patogen influenza, namun ada varian berbahaya dapat muncul.

Vaksinasi sebanyak orang dengan vaksin yang tersedia saat ini dinilai menjadi pilihan terbaik. Perusahaan vaksin sudah mengerjakan suntikan yang disesuaikan.

Tetapi untuk saat ini, langkah pertama untuk menahan dan membatasi munculnya varian adalah memastikan bahwa sebanyak mungkin orang telah diimunisasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement