Kamis 06 May 2021 12:35 WIB

Puasa dan Tiga Pilar Peradaban Islam

Nabi Muhammad memimpin 300 prajurit mengalahkan seribu lebih prajurit Quraisy

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ramadhan

Oleh : Babay Parid Wazdi, Bankir Senior & Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah DKI

REPUBLIKA.CO.ID, --- Babay Parid Wazdi, Bankir Senior & Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah DKI

Puasa sudah menjadi ibadah umat sebelum Nabi Muhammad. Al-Quran turun untuk menyempurnakan puasa tersebut dan diwajibkan selama sebulan penuh, difirmankan oleh Allah swt: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Surah al-Baqarah [2]: 183) 

Dalam perjalanan peradaban Islam, puasa Ramadhan inilah yang menjadi game changer mengubah perjalanan sejarah umat, salah satu contohnya peristiwa Badar yang berlangsung pada bulan puasa. Nabi Muhammad memimpin 300 prajurit mengalahkan seribu lebih prajurit Quraisy. Pasca perang Badar, status umat Islam berubah. Masyhur ke berbagai pelosok sebagai pemenang. 

Puasa tidak membuat umat Islam lemah. Sebaliknya, puasa Ramadhan adalah masa dimana umat Islam memberikan kontribusi terbaiknya kepada kemanusiaan. Dalam sejarah negeri kita, Indonesia merdeka justru pada bulan Ramadhan. Bung Hatta mencatat detik-detik kemerdekaan Indonesia itu dalam buku Memoir-nya.  

“Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang aku  makan sahur di rumah Admiral Maeda. Aku makan roti, telur dan ikan sardines. Setelah pamitan dan mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah, aku pulang sama Soekarno, yang menyinggahkan aku di rumah. Aku baru tidur sesudah sembahyang subuh, bangun kira-kira jam 08.30 pagi dan berangkat ke Pegangsaan Timur 56, guna menghadiri pembacaan teks Proklamasi kepada rakyat banyak serta menaikkan bendera Sang Merah Putih dengan lagu Indonesia Raya.” 

Dari sini tampak sekali bahwa  puasa tidaklah menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa kita untuk merubah peradaban. Karena itu, keliru bila ada umat Islam masih ada yang melihat bahwa Ramadhan merupakan waktu untuk banyak beristirahat. Padahal, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kita memberikan kontribusi bagi kemanusiaan dan peradaban. 

Untuk bisa memberikan kontribusi kepada peradaban, ada tiga hal yang perlu kita siapkan sebagai bekal. Dengan berbekal ketiganya insya Allah kita bisa berkontribusi kepada peradaban. Menurut sejarawan dunia, Arnold Toynbee, yang menggerakkan sejarah itu adalah minority creative. 

Segelintir orang kreatif yang menggerakkan peradaban. Bila yang kecil saja bisa menggerakkan peradaban, apalagi umat Islam Indonesia. Saat ini, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar dunia. Ini potensi besar yang harus kita maksimalkan manfaatnya. 

Tetapi, untuk bisa menyumbangkan kepada peradaban setidaknya kita mesti melakoni tiga hal dan berkat puasa ketiganya bisa kita lakoni bersama-sama. 

Pertama, dengan berpuasa kita berislam secara kafah. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement