REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Antrian orang mengular di luar rumah milik Asma Akhter Liza (36) daerah pemukiman Lalmatia di Dhaka, ibu kota Bangladesh. Satu jam sebelum waktu berbuka puasa tiba, pintu rumahnya akan segera terbuka, Liza, bersama dengan 16 sukarelawan akan mulai membagikan makanan gratis untuk orang miskin dan membutuhkan di lingkungannya.
Aktivitas kemanusiaan tersebut, sudah berlangsung sejak hari pertama Ramadhan tahun 2021. Liza melanjutkan program "Mehman Khana" yang diluncurkannya selama pandemi dan lockdown tahun lalu. Tujuannya adalah untuk menyediakan makanan hangat untuk anak-anak yatim piatu, penarik becak, pedagang kaki lima, dan kelompok marjinal lainnya yang terkena dampak krisis kesehatan.
"Rata-rata, kami memberi makan sekitar 1.600 orang setiap hari. Kami juga mengirimkan hampir 400 bungkus makanan ke berbagai rumah di daerah tersebut," kata Liza dikutip dari Arab News, Kamis (6/5).
Sebenarnya, kata Liza, yang disantuninya adalah keluarga yang mampu. Tetapi karena pandemi, mereka kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan serta merasa terlalu malu untuk mengantri untuk mendapatkan makanan. Setiap paket makanan berisi kurma, lentil, mentimun potong dadu, nasi kembung, jalebi (makanan penutup yang digoreng) dan limun.
Kemudian, pada hari Jumat, menu yang tersedia adalah kari daging sapi dengan nasi dan sayuran rebus. Untuk harga per paketnya, sekitar 50 sen dan setiap harinya menghabiskan sekitar 500 dolar. Dana tersebut merupakan uang pribadinya dan juga didapat dari dukungan yang ditawarkan oleh beberapa teman dan kerabatnya. Tidak hanya uang, terkadang beberapa komunitas juga membantunya dengan mengirimkan bahan makanan.
Liza mengaku sebenarnya beberapa rekan bisnis telah menawarkan untuk mensponsori program kemanusian tersebut. Namun Liza menolaknya, ia tidak ingin menjadikannya program perusahaan dengan spanduk besar. Liza sendiri telah bekerja dengan anak-anak kurang mampu di berbagai panti asuhan selama beberapa tahun.
Liza meluncurkan programnya kemanusiaannya, usai kehilangan tiga anaknya yang baru lahir, akibat komplikasi kesehatan. Liza mengatakan dia ingin membantu anak-anak lain yang membutuhkan. “Saya bisa melihat anak-anak saya di wajah anak-anak jalanan yang tidak berdaya ini, yang mendorong saya untuk memulai layanan ini,” katanya.
Kemudian dimulai dengan membagikan makanan gratis untuk 24 anak jalanan dan berkembang menjadi 800 orang. Namun, ia segera menemui hambatan karena kekurangan dana yang parah bahkan ketika jumlah orang yang membutuhkan bantuan meningkat setiap hari.
“Saya tidak bisa melanjutkan kebaktian selama berhari-hari, jadi saya memangkasnya dari program harian menjadi seminggu sekali, pada hari Jumat,” lanjutnya.
Tahun ini, sambung Liza, mulai dari pekan pertama bulan April, ketika pemerintah memperketat lockdown, ia memutuskan untuk menjangkau orang-orang yang lebih tertekan selama Ramadan. Ketika itu ada lima wanita dan 11 pria yang membantu menyiapkan dan mengemas makanan dari jam 11 pagi setiap hari.
"Saya mengetahui tentang inisiatif ini melalui Facebook tahun lalu dan ingin bergabung sebagai sukarelawan," kata seorang guru sekolah dasar dari Kustia, 170 km dari Dhaka, Aeyasha Ferdousi (39).
Ferdousi mengatakan inisiatif Liza memiliki efek domino, dengan rencana untuk mereplikasi ide tersebut di Kustia. Ia mengaku sangat terharu dengan program ini, dan ia ingin menirunya di kampung halamannya. Dengan pengalaman yang didapat setelah bekerja dengan Liza, ia merasa bisa mengelolahnya tanpa repot.
Relawan lainnya, Syed Sabet Banani (19) seorang mahasiswa teknik dari Chottogram, 245 km dari Dhaka, juga memberikan dukungannya untuk program tersebut. Menurutnya, selama pandemi ini, ia tidak melakukan apa-apa kecuali duduk diam di rumah. Karena itu ia memutuskan mendedikasikan waktunya untuk orang-orang yang paling membutuhkannya.
Sementara itu, beberapa penerima manfaat Mehman Khana mengatakan inisiatif tersebut telah menjadi "berkah bagi semua. Setidaknya mereka bisa menghemat 50 sen setiap harinya. Hal itu sangat jelas dirasakan manfaatnya bagi mereka membutuhkan pertolongan.
“Iftar ini menghemat setidaknya 50 sen setiap hari. Uang yang saya hemat membantu saya menafkahi keluarga saya di desa kami," ujar seorang penarik becak dari Mirpur, Mohammad Ator Ali (59).
Penarik becak lainnya, Yasin Miah, mengatakan program bantuan makanan telah menjadi "bantuan besar" bagi banyak orang seperti dia yang khawatir mencari uang untuk makan sehari-hari. Ia kerap tidak mendapatkan cukup penumpang di hari-hari lockdown ini, dan penghasilannya juga menurun.
"Setidaknya sekarang saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk berbuka puasa," ucap Miah. (Ali Mansur).