REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Department store Inggris Debenhams akan menutup seluruh toko yang tersisa secara permanen pada 15 Mei. Debenhams telah 242 tahun menjalankan bisnis ritel di seluruh dunia.
Debenhams yang didirikan di London pada 1778, memulai proses likuidasi pada bulan Desember. Proses likuidasi memberikan pukulan telak bagi sektor ritel Inggris.
Meskipun telah berjuang selama bertahun-tahun, dampak lockdown Covid-19 membuat perusahaan ritel ini semakin terpuruk. Setelah sebelumnya mengumumkan 52 toko tutup, Debenhams mengatakan pada Rabu (6/5) waktu setempat bahwa 49 toko yang tersisa akan tutup permanen pada 12 Mei hingga 15 Mei.
Penutupan terakhir pada 15 Mei akan mencakup toko-toko di Belfast, Birmingham, Bristol, Manchester, Liverpool, Newcastle dan Swansea. Debenhams telah mencoba bertahan, sempat menawarkan diskon hingga 80 persen untuk produk fesyen dan peralatan rumah tangga.
"Selama 10 hari ke depan, Debenhams akan menutup pintu-pintu tokonya setelah 242 tahun mengukir sejarah," tulis Debenhams dalam pernyataannya dikutip dari Reuters, Jumat (7/5).
"Kami berharap dapat melihat Anda semua untuk terakhir kalinya di toko-toko kami, sebelum kami mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya," ujar pernyataan.
Meskipun toko-toko fisik Debenhams ditutup secara permanen, jenama berusia ratusan tahun ini akan tetap hidup. Pada Januari lalu, peritel fesyen daring Boohoo membeli perusahaan Debenhams senilai 55 juta poundsterling.