Sabtu 08 May 2021 16:42 WIB

Sulitnya Menemukan Qari Perempuan di Barat

Butuh beberapa tahun bahkan lebih untuk berlatih menjadi qari

Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi qari tidaklah mudah. Butuh beberapa tahun bahkan lebih untuk berlatih menjadi qari

Madinah Javed, 25 tahun, aktivis dari Glasgow, Skotlandia misalnya, memulai menjadi qari sejak usia dini. Di awal, Javed berlatih tajwid, yakni hukum baca Alquran. Sekitar 20 tahun mempelajari cara membaca Alquran yang baik dan benar, Javeb pun menjadi qari.

Baca Juga

Ia bahkan sempat diundang untuk membacakan ayat-ayat suci Alquran pada 2017. Banyak audiens yang memuji keindahan cara Javed membaca Alquran. Namun, ketika video itu diunggahnya di media sosial, Javed justru bukan mendapatkan pujian melainkan makian dan bahkan mengarah teror.

Beberapa bulan Javed mendapat pesan teror bernada kebencian. Ia merasa tertekan bahkan sempat terpikir untuk mengganti nama.Banyak muslimah di Inggris mengirimkan simpati kepada Javed atas apa yang dialaminya. Mereka merasa terinspirasi apa yang dilakukan Javed. 

Di sejumlah negara Muslim seperti Indnesia, Aljazair, Nigeria, Malaysia, dan Bosnia-Hezergovina tidak mempersoalkan muslimah menjadi qari. Namun, di Barat dan negara berpenduduk Muslim lainnya masih ada yang melarang karena suara perempuan termasuk aurat yang harus dijaga. Karenanya, mereka tidak diperkenankan untuk membaca Alquran di depan umum.

"Saya fokus pada seluruh kemampuan saya untuk membuat sesuatu yang bermanfaat. Saya menyadari tidak ada qari perempuan di sini, jadi saya seperti melempar gelas dari ketinggian,"kata dia seperti dilansir aljazirah.

Javed bersama komunitas qari perempuan coba untuk mematahkan tradisi tersebut. "Visi saya komunitas ini menjadi tempat bagi seluruh perempuan untuk berbagi untuk menghidupkan tradisi bersama sebagai seorang saudara,"katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement