REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjual kembang di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak hanya bisa pasrah saat tahu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang warga berziarah selama masa libur Lebaran. Salah satu penjual kembang, Nurhayati (67) di TPU Karet Bivak, Jakarta, Rabu (12/5) mengaku sudah mengeluarkan modal hingga Rp 7 juta untuk membeli kembang.
Ia berharap bisa meraup omzet dari ramainya peziarah yang datang ke TPU saat Hari Raya Idul Fitri. Kebijakan penutupan TPU ini justru membuat dirinya terancam tidak balik modal. Hal itu karena kondisi bunga yang tidak bisa bertahan lama dan harus dibuang jika sudah lewat 2 hari.
"Seharian ini baru dapat Rp70.000. Bahkan, kalau kembang ada yang tawar, saya ikhlas daripada tidak ada yang beli," kata Nurhayati.
Nurhayati mengaku sampai menurunkan harga jual kembang, dari yang biasanya Rp 5.000 per kantong, menjadi Rp 10.000 untuk 3 kantong kembang. Selain itu, bunga mawar putih dan kuning yang biasanya dijual Rp 20.000 untuk 3 tangkai, menjadi Rp 5.000 per tangkai.
Nurhayati mengeluhkan kebijakan pemerintah yang tiba-tiba. Ia pun meminta agar kebijakan ini dievaluasi. Setidaknya, para peziarah yang datang ke TPU bisa dibatasi, atau hanya pejalan kaki yang diperkenankan masuk.
"Tolong diperhatikan rakyat kecil. Kami bukan pedagang liar, resmi sudah bertahun-tahun jualan di TPU ini. Tidak mungkin berharap ada orang meninggal, agar jualan laku," kata dia.
Seluruh TPU di DKI Jakarta ditutup sementara mulai Rabu (12/5) hingga Ahad (16/5) demi mengantisipasi kerumunan dan berakibat pada lonjakan kasus positif COVID-19. TPU hanya dibuka untuk kegiatan pemakaman warga. Pada hari pertama penutupan, TPU Karet Bivak telah memakamkan tiga jenazah.