REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menerbitkan travel warning atau larangan terbang ke Jepang. Langkah yang diambil beberapa pekan sebelum pembukaan Olimpiade Tokyo ini didorong lonjakan kasus infeksi virus corona di Negeri Sakura.
Namun pejabat Olimpiade AS mengatakan mereka yakin atlet-atlet AS dapat berpartisipasi dalam Olimpiade dengan aman. Jepang sudah melarang warga asing dari banyak negara masuk.
Angka kasus positif Jepang relatif rendah dibandingkan negara-negara maju lainnya. Tapi gelombang baru wabah virus corona mendorong sistem kesehatan di sejumlah kota sampai batasnya.
Jepang mencatat 700 ribu kasus infeksi dan sekitar 12 ribu kasus kematian terkait virus korona. Selasa (25/5) BBC melaporkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS meminta warga Amerika tidak mengunjungi Jepang.
CDC memperingatkan 'situasi di Jepang saat ini membuat risiko penularan orang yang sudah divaksin pun masih tinggi'. Karena pandemi Covid-19, AS sudah mengeluarkan peringatan ke warganya untuk tidak mengunjungi 151 negara.
Banyak negara Eropa yang menggelar pertandingan olahraga dengan peraturan pembatasan sosial yang ketat masuk daftar tersebut.
Saat ini Jepang tidak mengizinkan wisatawan atau pengunjung untuk bisnis masuk karena khawatir dengan varian baru virus corona. Jepang juga melarang orang-orang AS untuk masuk 'kecuali untuk situasi-situasi tertentu'. Sebab saat ini Jepang masih berada dalam status masa darurat nasional. Status ini memberi pemerintah daerah wewenang lebih besar untuk menegakan peraturan pandemi Covid-19.
Walaupun banyak diprotes tapi Jepang tetap menggelar Olimpiade yang dibuka pada 23 Juli mendatang. Ajang olahraga terbesar di dunia itu harusnya digelar tahun lalu.
Berdasarkan jajak pendapat banyak warga Jepang yang menilai Olimpiade harusnya dibatalkan atau ditunda sekali lagi. Tetapi Komite Olimpiade Internasional (IOC) menolak dua opsi tersebut.