REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 32 klub sepak bola top Eropa telah mengalami penurunan enterprise value sebesar 6,1 miliar euro (Rp 106,2 triliun) sejak Februari 2020, kata perusahan riset bisnis Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), dikutip BBC, Kamis (27/5).
Musim gugur mengakhiri pertumbuhan selama lima tahun dan sebagian besar dikaitkan dengan hilangnya pendapatan siaran dan hari pertandingan karena pandemi Covid-19.
Klub raksasa Spanyol Real Madrid menempati posisi teratas dalam studi yang melihat profitabilitas, hak siar, popularitas, potensi olahraga dan nilai stadion dalam perhitungannya. Barcelona melompati Manchester United ke posisi kedua.
Grup layanan bisnis KPMG menemukan bahwa enterprise value atau nilai total perusahaan/nilai kapitalisasi perusahaan MU turun 20 persen dibandingkan dengan 2020. Ini membuat mereka merosot ke posisi ketiga dalam tabel yang mereka puncaki pada 2017 dan 2018.
Sementara itu, penurunan prestasi Arsenal di lapangan berkontribusi pada jatuhnya mereka dari 10 klub teratas, sementara West Ham termasuk di antara tiga klub yang akan digantikan oleh pendatang baru Marseille, Atalanta dan Fenerbahce.
Namun, Liga Primer masih mendominasi studi tersebut, mengirimkan delapan dari 32 klub yang terdaftar dengan menyumbang 39 persen dari penilaian gabungan sebesar 33,6 miliar euro (Rp 584,9 triliun).
Manchester United, Liverpool, Manchester City, Chelsea dan Tottenham semuanya duduk di 10 besar, dengan Arsenal berasa di posisi, Everton peringkat 18 dan Leicester City di posisi 20.
Italia menjadi negara dengan perwakilan terbaik berikutnya dengan tujuh klub, yakni AC Milan, Atalanta, Juventus, Lazio, Napoli, Roma dan Inter Milan. Sementara Spanyol diwakili Atletico Madrid, Sevilla, Valencia dan Villarreal selain Madrid dan Barcelona.
KPMG mengatakan, enterprise value sebuah klub dihitung sebagai jumlah dari nilai ekuitas pemilik, ditambah total utang, dikurangi kas dan setara kas, dan menunjukkan nilai sebuah bisnis terlepas dari struktur modalnya.