Sabtu 29 May 2021 14:03 WIB

Jurnalis Wanita Arab Paling Banyak Alami Kekerasan Virtual

Kekerasan online terhadap perempuan sedang berkembang dan menjadi fenomena global.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Jurnalis Wanita Arab Paling Banyak Alami Kekerasan Virtual. Pengunjuk rasa perempuan Palestina mengambil posisi di dekat permukiman Yahudi, Bet El, Tepi Barat, Palestina, Sabtu (10/10).  (REUTERS/Mohamad Torokman)

“Salah satunya yang tidak pernah saya lupakan, pesan yang tertulis, ‘Anda akan melihat kamera untuk berbicara dengan audiens Anda dan Anda akan mulai membaca buletin dan membaca autocue di depan Anda. Anda akan melihat ada pistol dan [sebuah] peluru, peluru itu akan langsung menuju kepala Anda,’” kata Queiss.

"Kemudian saya mulai menerima e-mail gambar-gambar porno. Mereka mulai mengarahkan kepala saya pada wanita telanjang. Dan kemudian, mereka membuat e-mail lagi atas nama saya dan mereka mulai mengirimkan foto kepala [saya] dengan tubuh telanjang, juga gambar porno ke rekan saya.”

Sebanyak 53 persen wanita Arab juga mengalami tingkat serangan langsung yang sangat tinggi terkait dengan kekerasan online. Mereka menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi untuk diserang secara langsung.

Di Pakistan, jurnalis lepas Youssra Jabeen dituduh menghujat dan 'memfitnah Islam' ketika dia menulis tentang tidak adanya pahlawan wanita di buku pelajaran sekolah. Dia kemudian dituntut menghapus cerita tersebut, bahkan mendapatkan ancaman pembunuhan. 

“Mereka mengancam ini bisa membuat saya dilacak, dibunuh, atau diculik. Itu bisa memengaruhi tempat kerja saya dan segalanya," katanya.

Sebanyak 88 persen wanita Yahudi dan 86 persen wanita pribumi juga lebih berisiko diserang secara online dengan yang pertama menjadi target anti-semitisme. Pengalaman pelecehan jurnalis perempuan juga terkadang dikaitkan dengan aktor negara asing.

"[Ada] banyak contoh dari platform media sosial, Twitter, Instagram, yang mengerikan," kata Caoilfhionn Gallagher, seorang pengacara yang mewakili beberapa wanita dari layanan BBC Persia.

“Itu adalah ancaman pemerkosaan. Mereka adalah ancaman kekerasan seksual yang mengerikan, baik bagi jurnalis itu sendiri atau bagi anggota keluarga. Dan, terkadang itu adalah ancaman misoginis terhadap jurnalis laki-laki yang memilih anggota keluarga perempuan, atau tuduhan palsu tentang jurnalis laki-laki yang memerkosa rekan perempuan mereka."

Kekerasan online terhadap perempuan sedang berkembang dan telah menjadi fenomena global baru.

https://english.alaraby.co.uk/news/arab-women-journalists-experience-most-online-violence

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement