REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebanyak 34 pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Kota Bogor menerima vaksin Covid-19, Selasa (1/6). Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, vaksin terhadap ODGJ ini baru pertama kali dilakukan.
Setelah meninjau jalannya vaksinasi di Paviliun Basudewa RS Marzoeki Mahdi, Budi mengatakan, pasien PDGJ pada umumnya memiliki komorbid atau penyakit bawaan yang banyak. Sebab, para pasien tidak bisa menyampaikan keluhan yang mereka alami.
“Kalau terkena Covid-19, mereka lebih rawan dibanding yang bukan ODGJ. Oleh karena itu saya rasa kita bisa memberikan prioritas kepada ODGJ, dan di Indonesia ada lumayan juga. Jadi ini contoh yang baik,” kata Budi kepada wartawan, Selasa (1/6).
Vaksin yang diterima oleh para pasien ODGJ di RS Marzoeki Mahdi merupakan vaksin Sinovac yang diproduksi Biofarma. Budi menuturkan, pemberian vaksin terhadap ODGJ di RS Marzoeki Mahdi bisa menjadi contoh bagi rumah sakit jiwa lain di Indonesia.
Sebab, penanganan para perawat di RS Marzoeki Mahdi yang hendak menerima vaksin hari ini membuat para pasien menjadi lebih tenang. “Tadi saya takut kalau yang disuntik, orang malah jerit-jerit atau lari-lari. Tapi tadi teman-teman di sini merawat mereka jadi lebih tenang pada saat disuntik. Ya mudah-mudahan ini bisa jadi contoh di rumah sakit jiwa lain,” ujarnya.
Pantauan Republika di lokasi, proses vaksinasi Covid-19 di RS Marzoeki Mahdi berjalan tertib. Para pasien yang mengenakan pakaian biru mengantri di tempat duduk masing-masing, sambil didampingi beberapa perawat. Setelah melakukan skrining dan disuntik vaksin, mereka juga harus menunggu selama 30 menit untuk observasi.
Di lokasi yang sama, Direktur Utama RS Marzoeki Mahdi Fidiansjah mengatakan, target pasien ODGJ di RS Marzoeki Mahdi sebanyak sekitar 90 orang. Dalam pemberian vaksin terhadap pasien ODGJ, ada tahap berbeda dengan penerima vaksin pada umumnya, yakni dibutuhkan informed consent atau persetujuan dari pihak keluarga pasien.
Fidiansjah menuturkan, persetujuan tersebut harus dilakukan lantaran pasien ODGJ memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tidak utuh. Sehingga, persetujuan terhadap pemberian vaksin diwakili oleh pihak keluarga pasien.
Saat ini, sambung dia, pihak rumah sakit tengah memberikan edukasi dan penjelasan kepada masing-masing keluarga pasien. Sehingga persetujuan tersebut masih dalam proses.
“Ini yang masih membutuhkan proses terhadap persetujuan tersebut. Tapi kami yakin dengan edukasi dan penjelasan, keluarga tidak akan ada yang keberatan untuk divaksinasi keluarganya yang dirawat di rumah sakit jiwa,” jelasnya.
Selain pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit, Fidiansjah mengatakan, pasien yang sedang berobat jalan di luar rumah sakit juga menjadi target penerima vaksin. Saat ini, RS Marzoeki Mahdi sedang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor untuk mendata target penerima vaksin.
“Ini bukan hanya berhenti yang dirawat, kamj sudah bicara dengan Dinkes, termasuk yang sudah keluar (rumah sakit). Dalam artian, berobat jalan itu ada sekitar 1.000 orang yang sudah didaftar untuk menjadi target pelayanan gangguan jiwa di rumah sakit ini,” kata dia.