REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Wilayah terdampak kekeringan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus bertambah. "Berdasarkan surat permohonan bantuan air bersih yang kami terima, hingga saat ini sudah ada 11 desa di lima kecamatan yang terdampak kekeringan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Tri Komara Sidhy, Rabu (2/6).
Ia mengatakan, total bantuan air bersih yang telah disalurkan Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui BPBD untuk 11 desa tersebut untuk sementara telah mencapai 17 tangki. Pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih untuk warga Desa Bojong, Kecamatan Kawungantenlima tangki.
Menurut dia, penyaluran air bersih di Kecamatan Gandrungmangu ditujukan untuk warga Desa Cisumur sebanyak satu tangki, Gintungreja dua tangki, Cinangsi satu tangki, dan Sidaurip satu tangki. Selanjutnya di Kecamatan Patimuan, kata dia, bantuan air bersih ditujukan untuk warga Desa Rawaapu sebanyak dua tangki, Purwodadi dua tangki, Bulupayung satu tangki, dan Sidamukti satu tangki serta Desa Binangun di Kecamatan Bantarsarisatu tangki.
"Hari ini (2/6) kami menyalurkan bantuan air bersih sebanyak dua tangki untuk warga Desa Bantar, Kecamatan Wanareja. Untuk sementara, total warga yang terdampak kekeringan sebanyak 11.544 jiwa atau 3.310 keluarga yang tersebar di 10 desa dari empat kecamatan, karena kami belum menerima laporan dari Desa Bantar," katanya.
Tri Komara mengatakan, Pemkab Cilacap siap menyalurkan bantuan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan asalkan ada surat permohonan dari pemerintah desa maupun kecamatan setempat. Dia mengakui Pemkab Cilacap hanya mengalokasikan anggaran Rp90 juta untuk penyediaan bantuan air bersih pada 2021.
Dia mengajak dunia usaha, instansi, dan organisasi untuk ikut serta menyalurkan bantuan air bersih mengingat wilayah rawan kekeringan di Kabupaten Cilacap mencapai 73 desa di 19 kecamatan. "Berdasarkan pengalaman Tahun 2019, kami menyalurkan bantuan air bersih hingga 1.006 tangki dan saat itu kami menggandeng dunia usaha dan organisasi karena anggarannya kurang. Sementara Tahun 2020, penyaluran air bersihnya sangat sedikit karena musim kemaraunya pendek, sehingga dari anggaran sebesar Rp50 juta, kami kembalikan ke kas daerah Rp30 juta," katanya.