Sabtu 05 Jun 2021 12:57 WIB

Pemimpin Junta Myanmar Bertemu Perwakilan ASEAN

Pertemuan tersebut mendapat tanggapan dingin dari kalangan oposisi

Rep: fergi nadira/ Red: Hiru Muhammad
Panglima Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN 2021di Sekretariat ASEAN, Jakarta.
Foto: Antara/Biro Pers-Rusan/hma
Panglima Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN 2021di Sekretariat ASEAN, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON--Perwakilan ASEAN dikabarkan bertemu dengan pemimpin junta Myanmar pada Jumat (4/6). Ini terjadi enam pekan setelah pertemuan darurat regional tentang krisis negara itu menyusul kudeta militer yang menjanjikan kemajuan menuju solusi namun tidak menghasilkan hasil yang nyata.

Media militer, MRTV menunjukkan pertemuan Jenderal Senior Min Aung Hlaing dengan Menteri Luar Negeri Kedua Brunei Erywan Yusof dan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi. MRTV hanya memberikan garis besar diskusi mereka.

Awal pekan ini, seorang diplomat Indonesia mengatakan tujuan delegasi adalah untuk meminta persetujuan Myanmar atas utusan khusus ASEAN menangani krisis, yang belum disebutkan namanya. Dia mengatakan, pemilihan utusan melibatkan kedua belah pihak, namun membuat kemajuan lambat. Dia berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media tentang masalah ini.

Pertemuan Jumat tersebut pun mendapat tanggapan dingin dari anggota pemerintah bayangan oposisi Myanmar. Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengatakan pada konferensi pers virtual bahwa ASEAN harus bertemu dengan pihak NUG juga, bukan hanya militer.

"Setiap diskusi, setiap pertemuan tentang masa depan rakyat Myanmar harus melibatkan rakyat Myanmar, suara (mereka) harus didengar," kata Sa Sa, juru bicara NUG dikutip laman Al Arabiya English, Sabtu (5/6).

Penunjukan utusan ASEAN merupakan salah satu dari lima poin yang disepakati pada KTT regional di Jakarta pada April. KTT tersebut dihadiri Min Aung Hlaing, atas keberatan lawan yang mengatakan undangan itu melegitimasi perebutan kekuasaannya. Tak lama kemudian, juru bicara pemerintah militer mengatakan hanya akan mengizinkan utusan itu berkunjung setelah keamanan dan stabilitas di negara itu tercapai.

KTT Jakarta juga mencapai kesepakatan untuk segera mengakhiri kekerasan, memulai dialog antara pihak-pihak yang bertikai, melakukan dialog yang dimediasi oleh utusan khusus dan mengizinkan bantuan kemanusiaan. Namun hingga kini belum ada yang terjadi. Brunei memimpin dalam negosiasi dengan junta Myanmar karena saat ini memegang kepemimpinan bergilir ASEAN.

Militer menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis pada 1 Februari dengan tudingan kecurangan padapartai Suu Kyi. Namun belum menghasilkan bukti yang kredibel untuk mendukung klaimnya.

Pasukan militer secara brutal menekan protes damai yang dilakukan untuk menentang kudeta. Milier menembakan peluru tajam ke kerumunan dan melakukan gelombang penangkapan. Hingga Jumat (4/6) sekurangnya 845 orang telah tewas dalam tidnakan keras tersebut, menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement