Senin 07 Jun 2021 21:03 WIB

Studi Baru Jelaskan Efektivitas Vaksin Pfizer dan Moderna

Vaksinasi penuh dua dosis berhasil 91 persen mencegah infeksi Covid-19.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Tiga botol
Foto: EPA-EFE/MICHAEL SOHN
Tiga botol

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK --  Para peneliti dari Amerika Serikat (AS) baru-baru ini melakukan penelitian yang menunjukkan keefektifan dari vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna. Studi yang melibatkan empat ribu orang itu, menemukan bahwa vaksinasi penuh dengan dua dosis, berhasil 91 persen mencegah infeksi Covid-19.

Bahkan, hanya dengan satu dosis saja, kedua vaksin itu berhasil mencatatkan keefektifan 81 persen. Meski ada yang kembali terinfeksi pasca vaksinasi, gejala demam dan durasi penyakit berkurang drastis.

Baca Juga

Menurut tim respons dari CDC AS, Mark Thompson, vaksin itu sangat efektif dalam mengurangi gejala demam, dan durasi penyakit di antara individu yang mengembangkan infeksi meskipun telah divaksinasi. 

Para peneliti juga mengatakan, data lebih lanjut mengkonfirmasi bahwa vaksin ini mengurangi viral load. Bahkan, menumpulkan infektivitas SARS-CoV-2. Vaksin ini, diklaimnya tidak hanya sangat efektif dalam mencegah infeksi, tetapi juga dapat mengurangi dampak infeksi terobosan.

Manfaat Sekunder

Vaksin berbasis messenger RNA- (mRNA) yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech (BNT162b2) dan Moderna (mRNA-1273) telah terbukti sangat efektif dalam mencegah gejala Covid-19 dalam uji klinis Fase III. Thompson dan rekannya juga baru-baru ini melaporkan perkiraan efektivitas sementara yang menunjukkan manfaat serupa setelah pemberian vaksin berbasis mRNA dalam kondisi nyata.

“Kurang diketahui tentang manfaat sekunder yang berpotensi penting dari vaksin mRNA COVID-19, termasuk pengurangan keparahan penyakit, viral load RNA, dan durasi deteksi RNA virus,” kata tim tersebut dikutip dari news medical, Senin (7/6).

Berdasarkan informasi, tim tersebut melakukan studi dengan menganalisis kohort prospektif dari 3.975 personel layanan kesehatan, responden pertama, dan pekerja penting dan garis depan lainnya di delapan lokasi di Amerika Serikat.

Peserta mengambil swab hidung mid-turbinate setiap pekan, terlepas dari apakah mereka memiliki gejala Covid-19 atau tidak. Sampel diuji untuk infeksi SARS-CoV-2 menggunakan data kualitatif dan kuantitatif reverse-transcription-polymerase-chain-reaction (RT-PCR). 

Hasilnya, jumlah peserta yang terinfeksi SARS-CoV-2 terkonfirmasi RT-PCR adalah 204 (5,1 persen), 16 di antaranya divaksinasi sebagian atau seluruhnya dan 156 di antaranya tidak divaksinasi. Estimasi efektivitas vaksinasi untuk melindungi terhadap infeksi SARS-CoV-2 adalah 91 persen untuk vaksinasi penuh dan 81 persen untuk vaksinasi parsial.

Dari peserta yang terinfeksi, viral load rata-rata (Log10 kopi/mL) yang terdeteksi adalah 2,3 di antara peserta yang divaksinasi sebagian atau seluruhnya, dibandingkan dengan 3,8 di antara peserta yang tidak divaksinasi.

Analisis yang disesuaikan menunjukkan viral load 40,2 persen lebih rendah setelah setidaknya vaksinasi parsial. Bahkan, hanya 25 persen dari setidaknya sebagian orang yang divaksinasi melaporkan penyakit demam seperti COVID-19, dibandingkan dengan 63,1 persen orang yang tidak divaksinasi. Hasil ini, berhasil mewakili pengurangan 58 persen, dalam risiko relatif gejala mirip Covid-19.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement