REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aneka Tambang (ANTM) akan menyelesaikan pabrik pemurnian nikel di wilayah Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, pada tahun ini. Rencananya, untuk pasokan listrik pabrik tersebut kedepannya akan dioperasikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Saat ini kedua BUMN tersebut masih melakukan pembahasan pembangkit jenis apa yang cocok dan efisien.
SVP Corporate Secretary ANTAM Yulan Kustiyan menjelaskan, terkait pasokan listrik, Antam membagi dua rencana untuk proyek ini. Pertama, untuk tahap awal, Antam sendiri yang akan membangun pembangkit sementara berupa PLTD yang akan memasok kebutuhan listrik pabrik.
Kedua, untuk jangka panjang Antam akan menggaet PLN.
Ia melanjutkan, saat ini Antam masih melakukan pembahasan dengan PLN terkait pasokan listrik jangka panjang. Antam secara internal juga melakukan kajian potensi pembangkit apa yang paling ekonomis dan feasible untuk memasok kebutuhan listrik smelter.
"Sementara itu untuk pemenuhan listrik jangka panjang pabrik Feroikel Haltim, saat ini perusahaan masih melakukan kajian lebih lanjut termasuk alternatif penggunaan PLTU," ujar Yulan kepada Republika, Ahad (13/6).
Yulan menuturkan, kebijakan perusahaan lebih dulu membangun PLTD sebagai pembangkit sementara ini berasal dari masukan konsultan independen. Selain butuh cepat, perlu juga ada transparasi dan independensi dalam penyediaan kebutuhan listrik untuk pabrik smleter tersebut.
Keterlibatan procurement agent dalam pengadadan ini merupakan tindaklanjut dari saran konsultan independen. Hal ini mengingat kompleksitas lelang dan sebagai upaya mitigasi risiko atas kegagalan lelang sebelumnya.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memastikan transparansi dan independensi penyediaan kebutuhan listrik jangka pendek untuk smelter feronikel Halmahera Timur," ujar Yulan.