Rabu 23 Jun 2021 08:06 WIB

Kita tidak Sedang Baik-Baik Saja

Penyebar hoaks memberi andil untuk pasien percaya sehingga mereka meninggal dunia

Red: A.Syalaby Ichsan
Sejumlah warga berziarah di area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Mangunjaya, Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (22/6/2021). Menurut data pengurus TPU Mangunjaya hingga Mei 2021 telah memakamkan 1.023 jenazah kasus postif COVID-19.
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Sejumlah warga berziarah di area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Mangunjaya, Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (22/6/2021). Menurut data pengurus TPU Mangunjaya hingga Mei 2021 telah memakamkan 1.023 jenazah kasus postif COVID-19.

Dr.dr.Rohadi Sp.BS (Ketua IDI Kota Mataram, Ketua BSMI Provinsi NTB)

REPUBLIKA.CO.ID, Covid-19 sudah berlangsung sejak awal 2020. Kondisi dunia saat ini bervariasi. Ada negara yang membolehkan warganya melepas masker di lapangan terbuka dan ada yang belum boleh. Semua orang merindukan masa sebelum pandemi saat ini. Bagaimana dengan kondisi Indonesia saat ini. Kita saat ini tidak dalam kondisi baik-baik saja. Perlu semua kita waspada akan lonjakan kasus terutama dari varian baru yang bermunculan di berbagai daerah.

Per juni 2021, data harian Covid 19 melonjak signifikan, pada 21 juni 2021 sejumlah 14.536 kasus. Dari Kasus-kasus ini juga ternyata terdeteksi sebagai varian baru. Kenapa terjadi varian baru, sebab virus covid 19 bermutasi. Seiring berjalannya waktu, mutasi terjadi sebagai respon normal dari virus covid 19 terhadap inangnya dan bagian dari mempertahankan diri, mutasi inilah yang menyebabkan munculnya varian baru. Nah ketika varian baru ini muncul akan meningkatkan risiko terhadap inangnya dalam hal ini manusia, baik dalam transmisi, virulensi, tatalaksana gejala klinis yang ditimbulkan dan efektifitas vaksin yang sudah ada. Hal ini yang kita sebut sebagai variants of concern (VOC). Perlu perhatian kita Bersama seluruh masyarakat Indonesia bahwa semakin banyak infeksi di populasi akan membuat mutasi dari virus covid 19 akan semakin banyak.

Di seluruh dunia banyak ditemukan varian baru, seperti yang berasal dari inggris, afrika selatan, india, brazil dan lainnya. Saat ini WHO menamakan varian ini dengan lebih sederhana yang kita sebut varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Epsilon, Zeta, Eta, Teta, Kappa dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kita mengingatnya agar tidak tumpang tindih dalam penyebutan.

Di Indonesia saat ini lebih dari 145 kasus varian baru terdeteksi, dan yang terbanyak adalah varian delta atau varian yang berasal dari India. Penelitian menunjukkan varian delta dikaitkan dengan risiko penularan popuasi 60 % lebih tinggi dari varian alfa, yang sudah kita ketahui jauh lebih  menular dari virus covid 19 yang awalnya muncul. Varian ini meningkatkan jumlah kasus yang diopnamekan, dan dapat menurunkan efektifias vaksin covid 19. Varian delta ini di negara kita ditemukan jumlah yang lebih banyak dari varian lainnya.

Kondisi kita saat ini tidak baik-baik saja. Kita lihat banyak lonjakan kasus di beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia dan singapura, dimana mereka malah melakukan lockdown untuk yang kesekian kalinya. Kita lihat sebelumnya, kasus di India.  Masyarakat dan pemerintahnya sudah senang dengan cakupan vaksin yang bagus, yang membuat malah masyarakatnya lengah sehingga abai dengan protokol Kesehatan sehingga terjadi Tsunami Covid-19 di India

Kita lihat juga banyak terjadi lonjakan kasus di beberapa daerah khususnya di pulau jawa seperti Jakarta, Kudus, Bangkalan dan lainnya. Kasus-kasus ini memang imbas kompleksnya masalah Covid 19 di negara kita  ini. Mari kita lihat seberapa banyak dari masyarakat kita percaya akan adanya Covid-19. 

Banyak diantara mereka percaya Covid-19 itu hoaks dan tidak berbahaya sehingga hal ini membuat masyarakat lengah dan abai akan protokol Kesehatan yang seharusnya dijalankan. Hal ini juga di contohkan oleh tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai kalangan yang seharusnya bisa menjadi contoh yang baik dalam penerapan protokol Kesehatan tersebut. Malah, ada beberapa tokoh menganggap Pandemi Covid-19 ini tidak berbahaya dan hoaks sehingga membuat masyarakat ikut-ikutan tidak percaya dan lengah serta abai dalam menerapkan protokol Kesehatan yang berimbas pada lonjakan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia. 

Kepada para penyebar hoaks, masyarakat yang percaya sama anda, lebih-lebih mereka yang meninggal akibat Covid-19 akibat kelengahan mereka dan abainya mereka dengan protokol Kesehatan juga menjadi tanggung jawab anda. Sebab anda memberi andil untuk pasien ini percaya dengan hoaks sehingga mereka meninggal. Ingat ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Situasi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kita lihat di berbagai laporan daerah terdapat kasus meningkat, jumlah kematian meningkat, tenaga Kesehatan yang bertugas` mengalami reinfeksi walaupun sudah divaksinasi secara lengkap, rumah sakit mengalami over kapasitas yang mempengaruhi berkurangnya obat, oksigen serta dokter dan tenaga kesehatan yang mengalami kelelahan dan mengalami stres.

 Adanya varian baru yang muncul menjadi penyebab mudahnya menular, virulensi yang lebih tinggi serta menurunkan efektifitas vaksinasi yang ada. Saat ini dijumpai di beberapa kota di Indonesia dan apalagi saat ini cakupan vaksinasi masih rendah dan belum sesuai harapan dan target yang sudah ditetapkan.

Adanya program vaksinasi saat ini, masih bisa menangani dan mencegah adanya varian baru. Vaksin-vaksin tersebut masih cukup efektif. Hanya saja varian baru menurunkan efektifitas vaksinasi akibat  mutasi virus varian baru tersebut. Dengan program vaksinasi masyarakat yang saat ini berjalan dapat mencegah perawatan di rumah sakit dan mencegah kematian. Beriring semakin banyak masyarakat yang tervaksinasi akan menurunkan terjadinya penularan Covid-19 yang imbasnya akan menyebabkan berkurangnya varian-varian baru.

Vaksinasi yang sudah dilakukan kepada penerimanya tidak serta merta membuat kebal 100% sehingga protokol keseatan sangat penting walaupun sudah tervaksinasi. Walaupun tubuh kita sudah tervaksinasi dan kekebalan terhadap Covid-19 ini sudah optimal dengan 2 kali vaksinasi, tetapi apabila tubuh terpapar viral load yang tinggi, bisa membuat virus covid 19 ini bisa menjebol pertahanan tubuh kita terhadap infeksi Covid-19 ini, apalagi yang varian baru ini, sehingga kita harus hati-hati dengan hal ini, agar kita tidak terinfeksi covid 19 atau reinfeksi bila sudah pernah terpapar.

Saat ini, beberapa rekomendasi dari berbagai perhimpunan ahli bidang Covid-19 ini mengeluarkan imbauan kepada pemerintah dan unsur berwenang untuk menerapkan PPKM di Pulau Jawa, memastikan implementasinya dilapangan, percepatan vaksinasi, lebih mewaspadai varian baru yang relaif lebih berbahaya dari varian lamanya, serta masyarakat lebih ketat dan waspada untuk selalu menerapkan protokol Kesehatan.

photo
Protokol Kesehatan - (Dok Dr Rohadi)

Ayo kita terapkan 6 M, dimana 3 M dan 5 M belum maksimal efektif, waspada titik lengah kita saat ini dan banyak terjadi di seantero Indonesia seperti : rame-rame makan Bersama, hadir diacara pemakaman, rapat tatap muka, olah raga Bersama, foto Bersama dengan melepas masker dan tidak jaga jarak, acara pernikahan, kunjungan rumah, transportasi umum, berbelanja  di mall dan sarana umum lainnya. Karena 5 M Belum cukup, saatnya kita bisa melakukan 6 M. 1. Menggunakan Masker setiap saat, meskipun sudah divaksin, tetap wajib pakai masker. Apalagi yang belum vaksinasi. 2. Menjaga jarak minimal 1 Meter. Jaga jarak bukan berarti bermusuhan. Tetap Kompak walaupun berjauhan. 3. Mencuci Tangan Hingga Bersih. Cuci tangan dengan bersih, minimal 20 detik, cuci tangan tidak seberat cuci pakaian kok. 4. Membatasi Mobilitas. Kurangi Bepergian, apalagi itu tidak penting dan darurat. 5. Menjauhi Kerumunan. Hindari Tempat dengan jumlah orang banyak seperti pasar yang gak sesuai ProKes, hajatan, atau menonton orang kecelakaan dan lainnya. 6. Menghindari makan Bersama. Hindari dulu, kita harus sabar dulu untuk mengadakan makan Bersama, agar kita saling jaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement