Jumat 25 Jun 2021 13:57 WIB

Pola Hulu dan Hilir Penanganan Pasien Covid-19 di Jabar

Tempat isolasi terpusat yang berada di Desa Jayaraga merupakan contoh penanganan hulu

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat diwawancarai wartawan usai meninjau tempat isolasi terpusat di Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jumat (25/6).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat diwawancarai wartawan usai meninjau tempat isolasi terpusat di Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jumat (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) terus melakukan upaya untuk mengatasi tingkat keterisian rumah sakit dalam merawat pasien yang tinggi. Salah satunya dengan melakukan penanganan pola hulu dan hilir. 

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjelaskan, pola hulu adalah mengisolasi pasien gejala ringan dan sedang di tempat isolasi terpusat di desa. Pasien yang tak bergejala berat tak perlu diisolasi di rumah sakit untuk mengurangi tingkat keterisian yang tinggi.

"Waktu di Bandung Raya, satu per tiga pasien Covid-19 di rumah itu sebetulnya tak perlu dirawat. Karena kurang edukasi, mereka justru membebani kapasitas rumah sakit," kata dia di saat meninjau tempat isolasi terpusat di Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jumat (25/6).

Sementara penanganan ada pola hilir adalah dengan memindahkan pasien Covid-19 di rumah sakit yang kondisinya sudah membaik ke tempat isolasi terpusat. Dengan begitu, kapasitas di rumah sakit tak akan penuh. 

Emil --sapaan Ridwan Kamil-- pasien yang sudah mau sembuh di rumah sakit dapat ditransisikan ke hotel, apartemen, rusun, atau ruang isolasi di wilayah lingkungan masing-masing. "Jadi tempat tidur di rumah sakit yang terbatas benar-benar untuk penanganan emergency dan kondisi berat. Pola hulu dan hilir ini di Garut sudah dilaksanakan, tinggal dimaksimalkan," kata dia.

Ia mengatakan, tempat isolasi terpusat yang berada di Desa Jayaraga merupakan contoh penanganan hulu untuk pasien Covid-19 dilakukan. Artinya, ketika terdapat warga yang terkonfirmasi positif, yang bersangkutan tak perlu langsung dibawa ke rumah sakit apalabila masih dapat ditangani di desa.

"Kalau tidak ada ini, mereka akan lari semua ke RSUD. Itu bikin collapse rumag sakit. Saya apresiasi Desa Jayaraga. Tinggal coba pola hilir, ketika ada pasien di rumah sakit sudah baikan, tarik ke sini. Jadi tak langsung ke rumah," kata dia.

Kepala Desa Jayaraga, Sam Sakti mengatakan, tempat isolasi terpusat di lingkungannya itu telah beroperasi sejak sebulan terakhir. Menurut dia, pemerintah desa memang diinstruksikan untuk menyediakan tempat isolasi terpusat, lantaran saat ini rumah sakit sudah mulai penuh merawat pasien Covid-19.

Ia mengatakan, tempat isolasi terpusat itu setidaknya dapat menampung lima orang pasien. Pasien yang ditempatkan di sana adalah yang kondisi rumahnya tak memungkinkan untuk menjalani isolasi mandiri atau pasien yang menunggu untuk masuk rumah sakit.

"Karena di rumah takut jadi klaster dan rumah sakit terbatas. Jadi di sini juga dengan penanganan medis sederhana," ujar dia.

Sam menambahkan, pasien yang diisolasi di tempat itu juga selalu akan diawasi kondisinya oleh petugas kesehatan. Kebutuhan makan pasien juga disediakan oleh pemerintah desa. "Di sini pernah ada lima orang yang isolasi, tapi sekarang lagi kosong," kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Maskut Farid mengatakan, sejauh ini penanganan pola hulu untuk pasien Covid-19 sudah dilakukan meski belum maksimal. Sebab, belum semua desa di Garut memiliki tempat isolasi terpusat. 

"Karena itu, desa harus siapkan tempat isolasi agar tak semua pasien ke rumah sakit. Saya minta teman-teman di desa mengusahakan tempat isolasi. Ini penting. Saat ini baru baru sekitar 5 persen desa-desa yang menyediakan tempat isolasi," kata dia.

Ia menilai, pemerintah desa dapat memanfaatkan dana desa untuk menyediakan tempat isolasi terpusat. Menurut dia, Menteri Keuangan sudah mengizinkan dana desa digunakan untuk penanganan Covid-19.

Maskut mengatakan, ketika semua desa sudah menyediakan tempat isolasi, ketersediaan ruang isolasi di rumah sakit akan aman. "Kalau tak seperti itu, takutnya semakin besar lonjakannya," kata dia.

Ia menambahkan, kasus Covid-19 di Kabupaten Garut terus mengalami lonjakan. Menurut dia, dari satu orang positif bisa lebih dari 10 kontak erat juga terkonfirmasi positif. Alhasil, tempat isolasi jadi masalah karena penuh terisi.

Sementara untuk penanganan pola hilir, Maskut mengatakan, pihaknya mendapat tawaran dari Gubernur Jabar untuk menyewa hotel, untuk dijadikan tempat isolasi. Menurut dia, biaya sewa hotel itu akan dibiayai oleh pemerintah provinsi. 

"Memang selama ini pola hilir di kita belum dilaksanakan. Biasanya dari rumah sakit langsung pulang ke rumah. Ke depan, sebelum pulang, kita transitkan dulu di tempat isolasi, supaya aman," kata dia.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut per Kamis (24/6), angka terkonfirmasi positif berjumlah 16.173 kasus, bertambah 401 kasus dari hari sebelumnya. Sebanyak 4.788 orang masih isolasi mandiri, 576 orang isolasi di rumah sakit, 10.133 orang sembuh, dan 676 orang meninggal dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement